Sabtu, 11 Februari 2012

P I L

DI DEPAN KELAS  GURU MENERANGKAN PELAJARAN.

Guru
Anak-anak! hari ini kita akan membahas materi yang berhubungan dengan pe-nya-kit dan cara penyembuhannya, baiklah! sebelum saya terangkan bagaimana cara penyembuhan penyakit, lebih dulu bapak jelaskan apa itu penyakit! Penyakit adalah bla… bla… bla…  mengerti?

MUSIK, GURU MENERANGKAN. KEMUDIAN SISWA MENDADAK SAKIT PERUT.

Guru
Ada apa dengan kalian?
Siswa1, 2, dan 3
Kami sakit perut pak! Aduh…
Guru
Sebentar! (berpikir & memeriksa siswa) kalau dilihat dari gejalanya, rupanya kalian sudah terserang virus DPTKK-DPTKT-DPKK-DPKS?
Siswa
DPTKK-DPNKT-DPKK-DPKS?
Guru
dari perut turun ke kaki, dari perut naik ke tangan dari perut ke kepala, dari perut ke semuanya virus yang menyerang perut karena ada gangguan pada organ tubuh lainnya atau sebaliknya virus yang menyerang organ lain karena ada gangguan pada organ perut…
Siswa
Aduh, sakit sekali pak!
Guru
(melihat siswa kesakitan kemudian mondar-mandir kebingungan) biar bagaimanapun di dalam sekolah, murid adalah tanggung jawab seorang guru, jika murid sakit maka guru harus berusaha menyembuhkan paling tidak melakukan pertolongan pertama, yah… saya akan menolong kalian!
Siswa
Menolong? tapi… dengan cara apa?
Guru
Sebentar!  (menggeledah isi tas menemukan pil lalu menunjukkannya) ini dia… P-I-L… PIL! (meracik obat) meskipun pil ini membawa efect buruk jika terlalu sering dikosumsi, tapi jangan takut! efect buruk itu bisa diminimalisir, Asal tepat takaran dan sasaran! Bukan hanya obat, apapun itu pasti ada efect sampingnya, baik atau buruk! Bukankah baik itu diciptakan Tuhan satu paket dengan buruk? lagipula Ini hanya pengobatan sementara… yang ada pil ini, ya pil ini saja yang digunakan saja dulu!
Siswa
Tapi pak…. (terpotong)
Guru
sssstttt, jangan protes, talk less do more! Diam, terima dan laksanakan saja! berikan kepercayaan pada saya untuk menyembuhkan penyakit kalian! Lagipula kalian mau sembuh tidak?
Siswa
(serempak) mauuuuuuu…..

GURU MEMBAGIKAN PIL ITU. KEMUDIAN SISWA TERTIDUR PULAS.

Guru
Lho kok malah tidur? Ada apa ini? (membangunkan) hei, ayo bangun! Semuanya banguuun!!! (menggebrak-gebrak meja kemudian diam sejenak) atau mungkin kasiat dari PIL itu mulai bekerja? Ya mungkin tidur itu hanyalah efect samping dari obat, dan ketika bengun nanti, mereka akan sehat kembali! (kegirangan) yah, kalau begitu berarti aku berhasil menyembuhkan mereka! Cara ini ternyata membawa efek manjur bagi para siswa! Cara ini telah berhasil mengobati mereka!!! (tertawa) dengan P-I-L penyakit kita ungkit, virus kita gerus! (menari kegirangan)

SISWA-SISWA PERLAHAN BANGUN KEMBALI, GURU KAGET, TAPI IA SENANG, IA MENGIRA PARA SISWA SUDAH SEMBUH DARI PENYAKITNYA.

Guru
(menghampiri siswa) Bagaimana kalian sudah sembuh kan? apa yang kalian rasakan sekarang? Sudah lebih enakan? Selain mendidik, guru bisa menjadi seorang yang bisa menyembuhkan.

SISWA-SISWA MENDADAK MERASAKAN SAKIT, BAHKAN BUKAN HANYA SAKIT PERUT, SELURUH TUBUH MEREKA SAKIT

Guru
Ada apa dengan kalian semuanya?
Siswa
Kami tidak tahu pak, seluruh tubuh kami sakit,pak!
Siswa
Kepalaku sakit pak, kakiku juga sakit
Siswa
Tanganku sakit pak, dadaku juga
Siswa
Jantungku sakit pak, kemaluanku sakit!

SISWA-SISWA MENGERANG KESAKITAN, SEMAKIN PARAH. GURU PANIK

Guru
(kebingungan) bagaimana ini? Aku tidak mengira hasilnya akan jadi begini, ini di luar dugaanku!
Siswa
hampir semua organ kami sakit, pak!
Guru
(tergagap-gagap) ti… tidak aku tidak bisa menyembuhkan kalian, saya gagal menjadi seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit kalian… sekarang aku tak tahu lagi apa yg mesti dilakukan, setelah semua terlanjur dan sakit kalian makin parah! (drop) saya gagal menjadi penyembuh penyakit kalian! saya gagal… (hening)
Siswa
(menahan sakit) bapak boleh merasa gagal menjadi seorang penyembuh, tapi kami percaya bapak tidak gagal menjadi seorang pendidik. Pak, tetaplah menjadi seorang guru bagi kami dan mendidik kami agar menjadi seseorang yang bisa menyembuhkan!

***Belum Selesai***
Terimakasih
Jum’at wage, 2 desember 2011
Buat adik-adikku di  teater Biru Putih SMPN 1 DONOMULYO
Wahyu Subekti

Sabtu, 04 Februari 2012

DOWNLOAD NASKAH TEATER

Naskah drama (lakon) pada umumnya disebut scenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan adegan dalam penuangan sebagai karya tulis, biasanya memiliki keterbatasan sesuai dengan fitrahnya.Naskah drama adalah suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk Tanya jawab antar pelaku. Sedangkan penyajiannya  melalui dialog dan gerak para pelaku dari sebuah panggung kepada penoton. berikut ini adalah contoh-contoh naskah teater, silakan klik judulnya!

Kamis, 02 Februari 2012

Bambang Ekalaya

Bambang Ekalaya (Palgunadi)
Ekalaya adalah seorang pangeran dari kaum Nisada. Kaum ini adalah kaum yang paling rendah yaitu kaum pemburu, namun memiliki kemampuan yang setara dengan Arjuna dalam ilmu memanah. Bertekad ingin menjadi pemanah terbaik di dunia, lalu ia pergi ke Hastina ingin berguru kepada Durna. Tetapi ditolaknya.

Bambang ekalaya dan penolakan Durna
Durna sudah berjanji dalam dirinya untuk menjadikan arjuna sebagai Pemanah yang pernah ada dan tidak mengangkat murid selain kurawa & pandawa. karena itulah durna menolak bambang ekalaya menjadi murid, Bukan karena ketidakmampuannya dalam memanah, namun karena Durna tahu kalau ekalaya lebih berbakat dan lebih hebat daripada Arjuna. Bambang ekalaya kecewa berat tapi tidak melunturkan keinginannya berguru pada durna, ekalaya pun kembali ke hutan & bertekad untuk menjadi pemanah yang jago. Dia membuat patung durna. Setiap hari, sebelum latihan memanah, dia selalu berdoa dan memuja patung Durna mohon restu untuk latihannya hari itu. Hasilnya meski tidak berguru langsung pada Durna, kemampuan memanahnya seimbang dengan murid Durna di sokalma yakni arjuna.
Suatu hari di dalam hutan, terdengarlah suara anjing menggonggong, tanpa melihat Ekalaya melepaskan anak panah yang tepat mengenai mulut anjing tersebut. Saat anjing tersebut ditemukan oleh para Pandawa, mereka bertanya-tanya siapa orang yang mampu melakukan ini semua selain Arjuna. Kemudian mereka melihat Ekalaya, yang memperkenalkan dirinya sebagai murid dari Guru Durna. Arjuna dan Durna kaget, arjuna tidak ingin keahliannya memanah tersaingi oleh bambang ekalaya, ia menyuruh durna pergi menemui ekalaya untuk mematikan kesaktian bambang ekalaya. Atas pemintaan arjuna, Durna pun mendatangi Ekalaya dan meminta ekalaya memotong jempolnya alasannya sebagai tanda balas jasa seorang murid pada guru. karena baktinya pada guru, tanpa ragu ekalaya menuruti keinginan Durna ia lantas memotong jempol, meskipun dia tahu akan akibat dari pengorbanannya tersebut, ia akan kehilangan kemampuan dalam ilmu memanah. Ekalaya menghormati sang guru dan menunjukkan baktinya. Namun tidak setimpal dengan apa yang didapatkannya yang akhirnya kehilangan kemampuan yang dipelajari dari Sang Guru. Durna lebih mementingkan dirinya dan rasa ego untuk menjadikan Arjuna sebagai prajurit utama dan tetap yang terbaik.

demikian

Kewajiban kita adalah menuntut ilmu.bukan menerima ilmu. Dalam kisah ini Arjuna (Palguna) hanya menerima ilmu dari Begawan Durna, sedang Bambang Ekalaya benar-benar menuntut ilmu. Mereka yang menuntut ilmu tentu akan jauh lebih “ampuh” daripada mereka yang hanya menerima ilmu. sekarang pilihan ada di tangan kita, apakah kita memilih menjadi seorang “Bambang Ekalaya” yang teguh dalam belajar dan menjalani hidup ataukah hanya menjadi seorang “arjuna”?


KISAH LAIN DARI PALGUNA (ARJUNA) & PALGUNADI  (BAMBANG EKALAYA)
Arjuna dan penolakan dewi anggraeni (istri bambang ekalaya) 
 
diatas langit masih ada langit, seganteng-gantengnya arjuna hingga ia dijuluki lelananging jagad, ia pernah ditolak cintanya oleh dewi anggraeni, istri bambang ekalaya, dewi anggraeni tdk mungkin akan menodai perkawinannya dg Ekalaya, ia lebih baik mati daripada mengingkari kesetiaannya. lalu ditolaklah cintanya arjuna.karena merasa kemampuannya memanah tersaingi oleh bambang ekalaya apalagi cintanya ditolak dewi anggraeni (istri bambang ekalaya), arjuna marah, ia menarik busurnya dan diarahkan ke dada bambang ekalaya...
 

kicau-racauku

Surat Buat Penghuni Rumah
Beberapa saudara-saudara  saya yang sama-sama jauh dari rumah bertanya pada saya tentang keadaan rumah , kira-kira sebulan, dua bulan yang lalu, ah, tidak, setahun atau ah, saya tidak tahu persis kapan, saya lupa. Saya pelupa! Terhadap janji-janji yang dibuat sendiripun, Saya gampang lupa kok!
Bagaimana mau tahu, pulang saja tidak pernah. Saya tidak tahu apa motivasi mereka bertanya keadaan rumah pada saya, bukankah saya juga sama jauh dari rumah seperti mereka? Mungkin mereka terlalu kangen dan tidak tahu mau bertanya pada siapa lagi, memang diantara saudara-saudara yang lain, sayalah yang paling baru di perantauan, tapi bukankah itu lima tahun yang lalu saya berangkat dari rumah? Saya tidak tahu seperti apa keadaan rumah sekarang ini. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan beberapa saudaraku tadi, saya tidak bisa menipu mereka dengan jawaban-jawaban abal-abal yang seakan-akan melegakan mereka. Saya tidak bisa menjawab “buruk” jika yang terjadi ternyata “baik”, saya tidak bisa menerangkan “A” jika yang terjadi sejatinya “B”. Saya tidak mau mereka mabuk kerena saya suguhi minuman “arak” kebohongan. Ya sebuah kebohongan yang dilakukan akan tetap menjadi sebuah kebohongan apapun namanya meski atas nama dan demi kebaikan atau kebahagiaan atau pemakluman-pemakluman yang lain.
Sayapun mencari cara agar saya bisa mengupdate informasi tentang rumah. Mau pulang ah, jauh jaraknya, saya tak punya cukup ongkos. Telepon? Telepon ke siapa? Di desa saya tak ada jaringan telkom, apalagi lewat SMS, BBM, twitter, Facebook juga E-mail. Lalu apa ya? Oh ya, masih ada satu lagi cara yang menurutku efektif dan murah. Hitung-hitung memanfaatkan jasa pak pos yang sudah terlindas buldozer bernama modernisasi yang serba singkat dan instan, keinstanan modernisasi juga telah mempengaruhi pola pikir dan hidup kita, segala hal. kenikmatan proses sudah tak laku lagi dipasaran kehidupan, konsumen lebih suka yang instan. Sudah jarang lagi kita melakukan proses memasak, meracik bumbu-bumbu, dan menunggu hasil. ”kalau bisa, sekarang saya ingin sekarang juga saya dapat!” (waduh, saya kok jadi ngelantur ngalor-ngidul ini ya? Hehe…)
Ya saya memilih berkirim surat. Saya pun bergegas mengambil kertas dan pulpen lantas menulisnya.
Ehm, begini! Dengarkan!

Kepada
Bapak , mas, juga adik-adikku tersayang
Di rumah
Langit senjakala di atas atap begitu gelap penuh gemuruh tapi tak juga kami lihat tanda tetes hujan yang turun, tak pernah kami rasakan udara sedingin ini dan angin datang berondong-bondong dengan cepat meninju-tinju kulit kami yang tipis. Tapi keadaan yang seperti itu tak sedikitpun menipiskan niat kami untuk menulis surat ini.

Pak, mas dan adik-adikku!
Kami ingin mengabarkan bahwa disini kami baik-baik saja, tak kurang suatu apapun, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami sudah punya kehidupan masing-masing. meski hidup tak mudah tapi kami berusaha untuk tidak gampang mengeluh, kami menikmatinya seperti kami menikmati peran yang sering kami mainkan dulu bersama. Kami tak pernah protes! Kenapa mereka begitu sedang aku begini? Kenapa mereka dapat anu sedang aku mendapat ini? Ya, Kami tidak pernah protes, kami ingat pak'e pernah berkata, "setiap manusia punya peran masing-masing yang mesti dimainkan dengan baik dalam panggung hidup yang lebih luas".

Oh ya, bagaimana kabar pak’e? apa masih bersahaja seperti dulu? apa kumisnya masih tebal? apa vespanya masih sering mogok Hehehe… , bagimana dengan mas? masih galau dengan masalah percintaan? hehe... Lantas adik-adik? Ah, pasti sekarang mereka sudah besar dan hebat-hebat. Lalu kabar rumah? Masih seperti dulukah atau hhmm….. sudah ada yang berubah? Bangunananya Makin kuatkan? Tamannya makin asri kan? Bunga yang kami tanam dipekarangan sekarang apa masih ada? Yah… sudahlah kami terima jika memang sudah banyak yang berubah. Bukankah semuanya pasti akan terus begerak-berputar . dengan begitu berarti tanda-tanda kehidupan tetap tejaga. seperti bumi yang bergerak-berputar mengelilingi matahari? ya, seperti waktu yang terus-menerus berputar, dari senin ke senin . ya, senin yang sama tapi tentu berbeda. Ya, begitu juga harapan kami pada rumah Yang tetap bisa memberi rasa nyaman-krasan, kehangatan dan keteduhan seperti dulu tetapi makin kuat konstruksi bangunannya, makin asri tamannya, makin kompak penghuninya dalam kerjasama, makin jempolan kualitas manusia yang tinggal disana. Ah….

Pak, mas dan adik-adikku tersayang!
Maaf jika kali ini kami tidak bisa pulang kerumah, bukannya kami lupa sejarah atau sok sibuk bukan juga bermaksud menyalahkan keadaan yang menahan kami untuk pulang. Sebenarnya kami ingin sekali pulang, kerna sudah lama tidak berknjung ke rumah. Jujur saja kami sudah merasa kangen bahkan kangen itu sudah jadi semacam penyakit yang lama kelamaan makin tambah akut jika tidak segera disembuhkan.

Ah, aku jadi makin kangen rumah! Kangen juga dengan pak’e, mas juga adik-adik. Kangen dengan suasana rumah, ketika suka sama dirasa dan duka sama direnungi, persoalan-persoalan pun kami garap bersama-sama. Bahkan tidak jarang kami gelut hanya karena soal kecil. Ah, aku ingin kembali ke masa itu. Tapi jarum jam tidak akan bergerak terbalik bukan? Duh….

Pak, mas dan adik-adikku tersayang!
Sekarang setelah benar-benar merasakan kehidupan kami jadi tahu
jika hidup tak seperti bayangan masa kecil dulu. Segalanya bisa digapai, begitu mudah bahkan! Ketika bermain rumah-rumahan serasa kami punya rumah sendiri yang besar dan keluarga bahagia, Bermain mobil-mobilan serasa kami punya mobil walaupun sederhana tapi bisa membawa kami dan keluarga kemana-mana. Bemain perang-perangan serasa menjadi prajurit gagah bertempur membela negara. Yah! Begitu Bebas bercita-cita, memilih hidupnya sendiri.

Sekarang setelah benar-benar merasakan kehidupan kami jadi tahu
Seperti teater yang suka sering kami mainkan dulu, ada tragedi, komedi, tragedi komedi atau komedi yang tragedi. Kadang juga kami rasakan tragedi yang paling tragis menjadi lebih komedi dan membuat kami tertawa terkekeh-kekeh setelah sempat merenunginnya. Begitulah hidup setelah kami merasakannya. Seperti sponsor nano nano “manis asam asin rame rasanya” hehehe…

Tapi kami tidak kaget, ketika dulu masih menjadi bagian dari rumah, kami sudah banyak belajar tentang hidup dan kehidupan. Kami belajar hidup di dunia besar melalui dunia kecil itu. Kami bersyukur pernah menjadi bagian dari rumah dan bisa belajar banyak disana.
Ah, kami terlalu banyak bicara ya? Maaf!

Terima kasih atas semua yang sudah diberi pada kami. Kami tak tahu dengan apa dan bagaimana mesti membalasnya.

Semoga kelak kami bisa kembali pulang. Meski sekedar mencari bekas-bekas sejarah yang pernah kami ukir di sana.

Adik-adikku, kaulah itu kepompong yang akan menetas jadi kupu-kupu, terbang menari melukis warna pelangi di langit biru. kalianlah harapan juga kebanggan kami! Jaga rumah dengan baik ya! Jangan nakal!

Sudah ya! kami akhiri saja keluh kesah ini, kalau dituruti terus tentu tidak akan ada habisnya seperti kangen kami padamu.

Salam kangen dari kami
anak-anak bapak yang mengembara di belantara raya kehidupan.


Ya, Cuma itu  beberapa kalimat yang berhasil mewakili apa yang saya pikirkan,saya rasakan. sayapun berhasil menulisnya –dengan susah payah- kerna saya tidak punya kepandaian menulis sebenarnya.
Pagi-pagi benar saya pergi ke kantor pos. saya urus proses pengirimannya, lantas setelah semuanya beres, sayapun pulang dengan H2C (harap-harap cemas) semoga sampai tujuan, Belum lama dikirim tapi tak sabar saya segera menerima balasan surat. “bapak, mas, adik-adikku atau siapa saja penghuni rumah, aku menunggu jawaban surat darimu! Lantas akan kuberi tahu saudara-saudaraku di perantauan.”
Kalau Bapak, mas, adik-adik atau siapa saja penghuni rumah merasakan adanya sebuah tuntutan dalam isi surat ini, saya minta maaf! Saya hanya berusaha menuliskan harapan dan kangen saya lewat surat ini, bukan melakukan penuntutan jadi tak perlu ada pembelaan. Saya juga tidak sedang menghakimi lho! Toh Saya juga bukan hakim, jaksa, bukan penasihat hukum. Saya adalah tertuduh yang duduk didepen meja Hakim Yang Maha Adil sewaktu-waktu bisa menjatuhkan hukuman jika saya terbukti bersalah.
Saya juga tertuduh yang duduk didepan Hakim Yang Maha Benar, saya akui bahwa saya sudah berprasangka mengada-ada terhadap sesuatu yang saya tidak ketahui kulit-dagingnya, lantas menyebarkannya ke orang banyak. saya sudah melakukan macam-macam cara untuk mendapatkan sesuatu yang saya minati, Saya juga sudah memakai kata “kami” padahal “saya” yang berkepentingan.
Saya siap menerima vonis.
Saya juga tidak bisa memaksa agar semuanya sama seperti dulu. Hidup tidak bisa stagnan, mesti terus berputar dengan begitu tanda-tanda kehidupan tetap terjaga. 
maaf!

Rabu, 01 Februari 2012

Video Geguritan

CARITA SUKA DUHKA SU

Tanpa daya
Tan bisa apa-apa
Ginawa luka saka adilaga
Kang dumadi

-Gusti, yen nepsu angkara kena sinirep dening sukarsa, kena apa isih ana adilaga?
numplek'ake gethih lan tangis manungsa?-

Tangis su ndredes
waspane tumetes
Nukulake reroncening padma
ing rawa paluh teles

Sore lingsir lastri
Lebur dadi sepi
Tan ana kerik jangkrik
Uga warayang wewisik

Padma njelma swara:
“suka duhka manungsa wus dadi lampahan kang mesti dilakoni!
Tan gora!”
Mbegegeg sigeg su

Nanging durung rampung adilaga
Tugas durung tuntas
“balia su menyang palagan!
gethih kang tumplek saka adilaga tan bisa ngregedi ati kang murni”

Mangkono
Mega mega gya sumingkir
Sumingkira uga sagala udrasa
Padma terus tukul saka njroning paluh
tansah rerentengan rame pada ura-ura:
”la la la suka duhka manungsa la la la lakonono!”

AYO SEKOLAH!!!



MUNCUL SRI LANGKAHNYA BERAT SEPERTI MENANGGUNG BEBAN, LANTAS MEREBAHKAN TUBUHNYA TERLIHAT ADA SESUATU YANG IA LAMUNKAN.
Suara 1
:
bulan ini juga kau harus segera melunasi uang gedung itu sebesar lima ratus ribu! Ini surat pemberitahuan sekolah untuk orang tuamu!
Suara 2
:
Tapi apa tidak ada keringanan untuk saya pak? Saya tidak bisa melunasi uang gedung itu dalam waktu yang singkat! Orang tua saya hanya buruh tani dan Lima ratus ribu itu sangat banyak, pak!
Suara 1
:
Sayangnya kali ini tidak sri! Sekolah sudah banyak memberikan keringanan padamu! siswa yang lain juga tidak keberatan kok! Ini peraturan dari sekolah dan berlaku untuk semua siswa! Kalau tidak segera kau lunasi, aku tidak bisa menjaminmu untuk tetap sekolah di sini! 
MASUK WANITA TUA MENGHAMPIRI SRI.
Emak
:
sri bangun nduk! Lihat hari sudah mulai sore! Ayo cah ayu lekas bangun! 
Sri
:
(kaget terbangun) iya… iya mak! sri ketiduran mak!
Emak
:
Iya emak tahu! Ini emak bawakan nasi putih dan krupuk! Makanlah, nduk! Kau pasti belum makan kan sepulang sekolah tadi?
Sri
:
Iya mak terima kasih!
Emak
:
Maaf emak tidak masak hari ini! Hanya nasi putih dan krupuk yang ada!
Sri
:
Tidak apa-apa mak! ini sudah luar biasa bagi sri! nasi putih ini, sudah seputih cinta kasih emak pada sri! (memakan krupuk) dan krupuk ini sudah serenyah suara emak ketika menasehati sri!
Emak
:
(tertawa kecil) bisa saja kau sri! kau mulai pintar merangkai kata-kata! Itu pasti kau dapat dari sekolah?
Sri
:
(tertawa)
Emak
:
oh iya Bagaimana dengan sekolahmu hari ini?
Sri
:
(hening sejenak gelisah seperti menyembunyikan sesuatu) Sekolahku baik-baik saja sama seperti biasanya!
Emak
:
(ragu) benar, baik-baik saja? Tapi sepertinya ada sesuatu yang kau simpan, nduk?
Sri
:
Tidak mak!
Emak
:
Katakan saja, nduk! Aku ini emakmu! Aku tahu ada sesuatu yang kau simpan!
Sri
:
(Takut) Sssssebenarnya, sebenarnya……..
Emak
:
Sebenarnya apa, nduk? Katakan!
Sri
:
Aku berat sekali mengatakannya, mak!
Emak
:
Sudah katakan saja! Emak siap menerima kenyataan apa pun yang terjadi!
Sri
:
Tapi, janji ya emak tidak akan bersedih mendengarnya!
Emak
:
Iya emak janji!
Sri
:
Emak juga harus berjanji tidak akan menjadikan ini beban pikiran! Emak akan tetap menjadi emakku dulu yang selalu tegar dan tabah setiap menghadapi masalah?
Emak
:
(tersenyum) iya aku berjanji, nduk!
Sri
:
(memberikan sebuah surat) Mak, bulan ini aku harus membayar lima ratus ribu untuk melunasi uang gedung!
Emak
:
(kaget) apa? Lima ratus ribu? mengapa sebanyak ini?
Sri
:
Katanya sekolahan sedang membutuhkan tambahan dana untuk membangun sarana dan prasarana!
Emak
:
Masak sekolahan yang begitu megah itu masih memungut uang dari murid-muridnya yang tidak mampu? Kau sudah mencoba meminta keringanan?
Sri
:
Sudah mak! Tadi aku sudah menghadap kepala sekolah! tapi tidak ada hasil! Katanya aku sudah cukup banyak mendapat keringanan, ini peraturan dari sekolahan dan berlaku untuk semua siswa! (iba melihat emak) mak! kalau emak keberatan, kita tidak usah membayarnya! Aku berhenti sekolah dulu! Sementara aku akan bekerja!
Emak
:
Jangan, nduk! Kau harus tetap sekolah! Masalah biaya itu, biar emak yang cari! Emak akan cari pinjaman!
Sri
:
Tidak usah mak! emak sudah terlalu sering berhutang  untuk kebutuhan sekolah sri! sekarang sudah cukup, mak!
Emak
:
Tidak, tidak nduk! Biar emak cari pinjaman! (bangkit ingin pergi tapi ditahan sri)
Sri
:
Tapi mak! kita tidak bisa terus-terusan hidup dari hutang! Sri tidak ingin emak dihina orang kerena terus-terusan mencari pinjaman!
Emak
:
Jangan halangi emak! Itu sudah tanggung jawab emak sebagai orang tua untuk mencarikanmu biaya sekolah!(bersikeras ingin pergi)
Sri
:
(Menahan emak) Tapi buat apa sri sekolah  jika emak terus  kelara-lara karena memenuhi biaya sekolah sri yang semakin tak terjangkau? emak jangan memaksakan diri! Sudahlah!
Emak
:
(luluh) Emak menjadi orang yang tidak berguna. Emak tidak bisa menyekolahkanmu. Emak tidak becus jadi orang tua yang berguna bagimu! emak malu nduk! Menjadi orang yang tidak bisa berbuat apa-apa sungguh menyakitkan!
Sri
:
Emak tidak boleh berkata seperti itu! Emak sudah memberi kasih sayang bagi sri! Itu sudah lebih dari cukup! Bagiku emak adalah ibu yang luar biasa! Bahkan sejak bapak wafat, emak juga menjadi ayah yang hebat!
Emak
:
Tapi nduk, emak tidak bisa membayar uang itu?
Sri
:
Lupakan itu, mak! aku ingin bekerja dulu!
Emak
:
Kau akan kerja apa nduk?
Sri
:
Kerja apa saja yang penting halal! aku akan pergi ke kota mak! katanya di kota banyak sekali kerjaan!
Emak
:
Kau masih kecil nduk! Kau belum berpengalaman kerja di kota! disana banyak sekali orang-orang jahat, nduk!
Sri
:
Aku akan mencoba mak! anggaplah itu sebagai tantangan!
Emak
:
Emak tidak yakin kau mampu!
Sri
:
Emak harus percaya pada sri kalau tidak, sri tak akan bekerja dengan baik!
Emak
:
Emak tidak melarangmu, nduk! Tapi kau masih terlalu kecil untuk kulepas sendirian! Emak tidak tega! Kalau ada apa-apa di sana siapa yang akan menolongmu? Sudahlah nduk, jangan pergi!
Sri
:
Percayalah mak! bukankah emak sendiri pernah mengatakan agar kita berdiri dengan kedua kaki kita sendiri? Percaya dengan kemampuan kita sendiri dan tidak bergantung pada orang lain? Lantas apa salahnya aku tidak bergantung pada emak?
Emak
:
Apa kau menganggap emak orang lain? Tidak bukan? Aku emakmu, yang melahirkanmu, yang merawatmu, tak masalah jika kau bergantung pada emak karena itu sudah menjadi kewajibanku sebagai orang tua!
Sri
:
Tapi sri tidak ingin membebani emak!
Emak
:
Emak tidak merasa terbebani, nduk!
Sri
:
Iya sri tahu itu! Tapi beri kesempatan pada sri! yakinlah mak! Percayakan pada sri! Sri janji akan berusaha sekuat tenaga! Masalah hasil itu ditangan Tuhan! Tekadku sudah bulat mak! Aku akan bekerja dulu biar dapat uang dan akan kupergunakan untuk sekolah!  sekolah terlalu menyakitkan jika tak punya uang! Aku harus tahu diri dan tidak bisa selalu mengandalkan belas kasihan dari orang lain. (seperti mendengar suara 1, lalu bangkit) hai sekolahan yang tidak bersahabat dengan si miskin! Berdirilah tegak dengan caramu sendiri! Tapi suatu saat nanti Aku harus lebih megah darimu, Cita-citaku harus lebih tinggi dari gedungmu, aku akan menjadi bintang berkelip di langit! akan kutunjukkan siapa aku!
TAMPAK TEMPAT KUMUH DISANA-SINI BERSERAKAN KORAN-KORAN DAN KARDUS. MUNCUL SATU PERSATU ANAK-ANAK JALANAN. MEREKA HAR, APAN, IIM DAN PIAN.
Har
:
Namaku har aku pedagang asongan! Aku punya cita-cita menjadi pak polisi gagah berani! Berdiri tegak, siap grak! Kuambil pistol, dar der dor… seketika penjahatpun ndelosor!
Apan
:
Namaku daripada apan, aku daripada pengamen! Aku punya daripaada cita-cita menjadi daripada  anggota DPR! daripada duduk manis, senyum sana, senyum sini! Daripada Siap menyejahterkan rakyat!
Iim
:
Namaku iim, tukang semir! Cita-citaku ingin menjadi dokter! (ke penonton) nanti kalau sampean sakit, biar aku yang obati! Tenang saja gratis kok! Bagaimana?
Pian
:
Namaku pian, penjual onde-onde! Aku ingin menjadi direktur! Punya banyak duwit, mobil ngejreng, rumah gede dimana-mana! ah, mau apa serba ada!
H A I P
:
(serempak bernyanyi dan berjoget) cita-cita kami tinggi, tinggi sekali! Tapi apakah mungkin akan jadi kenyataan? Sedang kami hidup dijalanan! tak pernah sekolah tak tahu apa itu sekolah, juga tak mampu bayar sekolah karena biaya sekolah melambung tinggi. (berdoa) Ya Tuhan kenapa ongkos sekolah di negeriku melambung tinggi? Ya Tuhan, turunkanlah ongkos sekolah di negriku! Hanya kepadaMUlah kami memohon pertolongan! Ya Tuhan kabulkanlah do’a kami! Amiiin…..
Sri
:
(masuk panggung, sangat capek, duduk dekat har dkk)
Har
:
(ke temannya) lihat siapa itu? Apa kalian mengenalnya?
Apan
:
Tidak! Aku daripada tidak mengenalnya!
Iim
:
Iya aku juga baru kali ini melihatnya!
Pian
:
Coba kau tanya saja har! Sana!
Har
:
Iya aku akan tanya! (menghampiri sri) kau siapa?
Sri
:
Namaku sri!
Har
:
Aku har ketua anak jalanan disini! (menunjuk teman-temannya) dia apan, sebelahnya itu namanya iim, lalu yang itu namanya pian! oh iya Darimana asalmu?
Sri
:
Aku dari desa!
Har
:
Kenapa kau ada disini?
Sri
:
Aku sedang mencari kerja! aku butuh banyak uang!
Har
:
Buat apa?
Sri
:
(mengeluarkan kertas lantas memberikannya pada har)
Har
:
apa ini? (membolak balik kertas itu lalu memberikan kertas itu bergiliran pada teman-temannya, tidak ada yang tahu isi kertas itu) apa ini? Kau jangan memberikan kami kertas! Kami tidak mengerti!
Sri
:
Itu surat pemberitahuan pembayaran uang gedung dari sekolahku! Aku butuh uang untuk membayar uang gedung! (mengamati har dkk) Apa kalian tidak bisa baca?
H A I P
:
(menggeleng-geleng kepala)
Apan
:
Daripada tidak ada yang mengajari daripada kami!
Sri
:
Memangnya kalian tidak sekolah?
Iim
:
Iya! Kami tidak sekolah! Masuk kedalam gedungnya saja kami tidak pernah!
Pian
:
Kami cuma bisa memandangnya dari jauh!
Apan
:
Kelihatannya daripada sekolah itu enak ya?
Pian  
:
Iya! bisa bermain, bercanda, tak perlu susah-susah kerja seperti kita! wah pokoknya menyenangkan!
Iim
:
Andai saja kita bisa sekolah seperti mereka!
Sri
:
(berkata pada dirinya sendiri) Tapi kawan, sekolah itu tak seperti yang kalian bayangkan! Sama seperti ketika kita memandang gunung dari jauh, Nampak biru dan indah tapi ketika sudah dekat begitu tinggi dan terjal jalan yang harus ditempuh jika kita ingin mendakinya.
Har  
:
(membuyarkan lamunan sri) Hai, kenapa kau?
Sri
:
(kaget, terhenyak dari lamunannya) tidak, iya! Eh, tidak!
Har
:
Apa? Ya, tidak, iya, tidak! Kau sedang melamun ya?
Sri
:
Tidak! Aku tidak melamun! (gugup) Oh iya, apa kalian bisa bantu aku mencarikan pekerjaan?
Har
:
Kerja apa?
Sri
:
Yah, apa saja! Yang penting halal dan aku dapat uang! Bagaimana?
Har
:
Aku tidak tahu! aku tidak bisa memberi keputusan sekarang! Sebagai ketua anak jalanan disini, aku tidak bisa semena-mena memutuskan sendiri! aku harus musyawarah dulu dengan para anggota! Begini saja! Aku mau bilang dulu dengan mereka sementara kau tunggu disini dulu!
Sri
:
Iya, tapi jangan lama-lama ya!
Har
:
(berdiskusi dengan teman-temannya, sambil berbisik-bisik) kawan, anak desa itu sedang membutuhkan pekerjaan dan dia membutuhkan bantuan kita untuk mencarikannya pekerjaan! Bagaimana? Apa kalian setuju?
Apan
:
Tapi daripada apa yang akan kita dapat daripada kalau kita membantunya? Ada daripada jasa ada daripada imbalan! Daripada begitukan cara hidup daripada  di kota? tidak ada daripada yang gratis, bung!
Iim
:
Lalu apa dia akan kasih kita uang?
Pian
:
Ah, tidak mungkin! Dia saja sedang butuh uang!
Apan
:
Lantas daripada bagaimana?
Har
:
Ah, begini saja! Dia kan pernah sekolah, Bagaimana kalau kita suruh dia mengajari kita baca dan tulis!
Iim
:
Apa untungnya?
Har
:
Ya biar kita pintar dan tidak mudah ditipu orang! Kalau sudah pintar, kita bisa cari kerja yang layak! Tidak perlu kerja  susah seperti sekarang! (kepada iim) apa kau mau jadi tukang semir seumur hidup?
Iim
:
Ya tidak! Aku juga mau kerja yang layak!
Har
:
Lantas, kalian setuju tidak?
Pian
:
Iya! Aku juga setuju!
Apan
:
Daripada Aku juga setuju!
Iim
:
Ya sudah! Kalau begitu aku setuju! Tapi dia kita carikan kerja apa?
Har
:
Ya kerja seperti kita saja! Ngasong, nyemir, ngamen, atau jualan onde-onde! Bagaimana?
A I P
:
Yah, okelah kalo begitu!
Har
:
(menuju sri) bagini! Ehm, siapa namamu? Sri? Begini sri, kau perlu tahu kalau di kota segala sesuatu itu tidak ada yang gratis! Ada jasa ada imbalan!
Sri
:
(panik) tapi aku tidak punya uang untuk membayar kalian!
Har
:
Sebentar! Jangan terburu-buru dulu! Kau tak perlu memberi kami uang! Karena kami tahu kau tak punya uang! Kau juga sedang butuh uang bukan? (menjelaskan) bagini, kau pernah sekolah kan? Bisa baca dan tulis kan?
Sri
:
Iya, lantas?
Har
:
Kami akan membantumu bekerja disini tapi dengan satu syarat!
Sri
:
Apa syaratnya?
Har
:
kau ajari kami baca dan tulis!
Sri
:
(senang tapi juga kaget seperti tidak percaya) benar? (ragu) Tapi apa benar kalian mau bantu aku?
Har
:
Tak usah kau ragukan kami! Tenang saja kami akan bantu kau kerja disini, tapi kau hanya bisa bekerja seperti kami! Ngasong, ngamen, nyemir atau jualan onde-onde! Bagaimana?
Sri
:
Setuju! Kalian bantu aku bekerja
Har
:
(memotong) Kau juga harus bantu kami belajar! Dengan begitu kita sama-sama diuntungkan, bukan? Bagaimana? Kau setuju atau tidak?
Sri
:
(gembira) Iya! Aku setuju! Kita akan belajar dan bekerja bersama-sama!
A I P
:
Tunggu apa lagi? Ayo kita mulai sekarang juga!
Sri
:
Iya, ayo kita mulai! Ayo kita mulai langkah kita untuk masa depan yang bahagia! dengan senang hati, ayo kita bekerja! ayo belajar!
H A I P
:
(serempak) yaaaa! ayo bekerja! Ayo belajar!
Sri
:
Sekarang juga!
H A I P
:
Sekarang juga!
HAR DKK MENGAJARI SRI BERJUALAN, BEGITU JUGA SRI MENGAJARI ANAK JALANAN ITU BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS. MEREKA JUGA MENJAJAKAN DAGANGANNYA, TIBA-TIBA TERDENGAR PELUIT PETUGAS MEREKA LANTAS LARI TUNGGANG LANGGANG TAPI SRI TETAP BERDIRI DI TEMPATNYA. SUASANA SEMAKIN MENCEKAM.
H A I P
:
Petugas dataaang!!! Lariiii!!!!
Sri
:
Kanapa lari? Kita bukan penjahat! Bukan maling atau copet! Kalau tidak bersalah mengapa lari?
Har
:
(menghampiri sri) Kau tak tahu sri! Ini bukan masalah siapa benar, siapa salah! ini kota sri! Disini banyak macan yang akan memburu kancil-kancil!
Sri
:
Apa maksudmu?
Har
:
Ah, sudah jangan banyak Tanya! Nanti saja aku jelaskan! Sekarang hanya ada dua pilihan! Lari atau babak belur! (har menarik sri memaksa untuk lari)
Petugas
:
(masuk menangkap har an sri) Mau lari kemana kalian?
Har
:
Jangan rampas dagangan kami pak!
Sri
:
Kenapa kami ditangkap pak? Kami bukan penjahat pak! Kami di sini hanya kerja pak!
Petugas
:
(memukul sri) Kalian di sini sudah mengganggu ketertiban dan keindahan  kota! kalian tahu? undang-undang kota sudah melarang berjualan di sini!! Ini program pemerintah kota! Tahun ini kota ini harus meraih adipura kota terbersih se-indonesia! Mengerti!! Sebenarnya aku itu kasihan dengan kalian tapi kalau kalian terus-terusan antiprogram aku yang kena semprot atasan!
Sri
:
Tapi kami butuh uang pak! Kami butuh makan pak!
Petugas
:
(memukul sri) bajul buntung! Apa kau saja yang butuh uang? Aku juga butuh uang! Apa kau saja yang butuh makan? Aku juga butuh makan! Sekarang mana dagangan kalian! (merampas dagangan har dan sri)
Sri
:
(mempertahankan dagangan) jangan pak, jangan ambil dagangan kami!!
Petugas
:
Setaaaan alas!!! Kalian berani melawan petugas!! (menghajar dan menyeret har dan sri)
Har
:
Ampun pak! Jangan pukuli kami pak!!! Ampun pak!
SUASANA DIRUMAH SRI, TAMPAK DISANA SRI SEDANG TERTIDUR TIBA-TIBA IA MENGIGAU.
Sri
:
jangan pukul kami! Ja.. jangan ambil dagangan kami pak! Jangan tangkap kami pak!! Kami hanya cari uang untuk biaya makan dan sekolah pak!!! Jangan pak! Jangan…!!!
Emak
:
(tergopoh-gopoh masuk) ada apa sri? Sri!!! (mencoba membangunkan) bangun sri ayo bangun!!
Sri
:
(terbangun lalu memeluk emak) mak, aku dipukuli mak!! daganganku diambil oleh petugas itu mak!!
Emak
:
(keheranan) dagangan? Dipukuli petugas? Maksudmu apa nduk? Ah, Kau pasti bermimpi buruk! Sudah sekarang tenangkan dirimu dulu! (melepas pelukan sri) Sebentar emak mau ambil air putih dulu! (pergi, terdengar suara dari belakang)  makanya kau jangan tidur sore-sore! Kata orang tidur sore itu tidak baik! Ketika itu adalah waktunya bethara kala nglanglang jagad!
Sri
:
(masih terbawa suasana mimpi buruknya) sssebenarnya apa yang terjadi? Apa ini cuma mimpi?
Emak
:
(masuk) nah, minumlah dulu air putih ini! (menyodorkan air putih) nah sekarang bagaimana? Sudah mendingan kan?
Sri
:
(semakin tenang) iya mak! sri sudah merasa lebih baik! Terimakasih mak! (hening sejenak) Mak, bulan ini aku harus membayar lima ratus ribu untuk melunasi uang gedung! Katanya sekolahan sedang membutuhkan tambahan dana untuk membangun sarana dan prasarana! Tapi kalau emak keberatan, kita tidak usah membayarnya! Aku berhenti sekolah dulu! Sementara aku akan bekerja!
Emak
:
(tertawa) apa yang kau katakan itu? Kau ini ada-ada saja!
Sri
:
Kenapa emak tertawa?
Emak
:
 kau pasti masih bermimpi kan sri? apa kau lupa sri? di sekolahmu itu kan sudah tidak ada pungutan uang gedung! Apalagi kau juga kan mendapat beasiswa kurang mampu!
Sri
:
Tidak mak aku tidak mimpi! Kalau tidak percaya ini buktinya mak! (mencari surat di dalam tasnya, tak ketemu) mana surat pemberitahuan itu? Dimana? Kok tidak ada?
Emak
:
Tidak ada kan? (tertawa geli) kau masih terpengaruh mimpi-mimpimu srii!!
Sri
:
(tidak percaya) Jadi semua ini hanya mimpi?
Emak
:
Iya! kau juga harus segera bangun dari mimpi-mimpi burukmu itu! Jangan terus larut pada mimpi-mimpimu itu! Inilah kenyataan, nduk! Emak tahu walaupun biaya sekolah tidak semuanya gratis, tapi pihak sekolah sudah membantumu dengan memberi keringanan biaya! jadi walaupun kita miskin tapi kita juga bisa sekolah! jangan kau sia-siakan kesempatan itu sri!
Sri
:
(ketakutan) Tapi mak! kalau benar itu mimpi, sri takut mimpi buruk itu datang kembali! sri takut mak! sri takut jika mimpi buruk itu jadi kenyataan! Sri takut mak!
Emak
:
(memeluk sri penuh sayang) Jangan takut nduk! masih ada emak disampingmu! Berdoalah pada Tuhan! semoga mimpi-mimpi buruk itu tidak jadi kenyataan dan semoga kita tetap dalam lindungannya!
Sri
:
Iya mak, terima kasih! Emak adalah pahlawan tanpa tanda jasaku!
TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA ANAK-ANAK SEUMURAN SRI DI LUAR RUMAH SRI. SUARANYA KERAS SEKALI.
Sri
:
Suara siapa itu mak?
Emak
:
Mereka itu anak-anak dari kota! kira-kira seumuranmu! katanya mereka itu adalah murid-murid Sekolah Jalanan Milik Negara!
Sri
:
Lalu untuk apa mereka datang ke desa kita?
Emak
:
Mereka sedang liburan sekalian mencari kawan sesama anak jalanan mereka dulu! katanya kawan mereka itu sekarang tinggal di desa kita! kawan mereka itu bernama Sri! tentu bukan kau kan? kau kan bukan anak jalanan? pasti mereka salah alamat!
Sri
:
siapa nama anak-anak kota itu? Apa emak tahu?
Emak
:
Iya tadi emak tanya juga! Kalau tidak salah dengar, namanya har, apan, iim dan pian!
Sri
:
(kaget) apa? Har, apan, iim, dan pian?
Emak
:
(bingung) Iya! Har, apan, iim dan pian! ada apa nduk?
Sri
:
(terggopoh gopoh) ini bukan mimpi kan mak? ini kenyataan kan? Mereka itu teman-temanku! Sri yang mereka cari mak! Sri harus menemuinya mak! sri harus kesana! (bergegas pergi)
Emak
:
Sri kau mau kemana? (menahan langkah sri tapi tidak bisa  lantas ia berbicara pada penonton, heran) ada apa dengan sri? sejak kapan sri kenal anak-anak kota itu? Sejak kapan sri jadi anak jalanan? apa sri masih bermimpi? Atau saya sekarang yang bermimpi? Saya jadi bingung, mana yang mimpi mana yang kenyataan? Sebenarnya siapa yang bermimpi? saya atau sri? Kalau ada mimpi yang jadi kenyataan, bukan tidak mungkin ada kenyataan yang jadi mimpi! jangan-jangan pertemuan kita hari ini juga adalah mimpi? Atau benar-benar kenyataan? Mimpi atau kenyataan? Kenyataan mimpi atau mimpi kenyataan? Ah, Sudahlah daripada nanti sampean tambah pusing, kita akhiri saja cerita ini sampai disini! Semoga kita benar-benar terbangun dari mimpi-mimpi hari ini dan sanggup menghadapi kenyataan bagaimanapun pahit-getirnya! Satu lagi jika anda bangun duluan jangan lupa bangunkan juga teman-teman anda yang masih tertidur! Okey!!! Terima kasih Wassalam! (keluar)



Bapak , ibu Maafkan aku!
sudah menyiakan waktu dan tak segera kuselesaikan kuliahku!