SEBUAH RUANG
TERLIHAT SEPERTI SEKOLAHAN.
Suara
|
:
|
Wus
aneng sira nggonipun, lir wayang sariraneki, barang saparipolahnya, saking
dhadhalang kang kardi, kang minangka panggung jagad, kelir kang kinarya
ngringgit. Pamolahing wayang iku, saking dhalang kang akardi, tumindak sarta
pangucap, dhalang wisesa akardi tan antara moring karsa, jer iku datanpa
warni.
|
MUNCUL IIM MEMAINKAN WAYANG YANG
IA PEGANG.
Iim
|
:
|
Sudah
ada pada dirimu, dirimu bagaikan wayang, segala gerak-gerik dari sang dalang
yang memainkan, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk
memainkan wayang. Gerakan wayang-wayang dari ki dalang yang memainkan,
berlaku dan berucap, dalang berkuasa antara perpaduan kehendak, karena hal
itu tidak berbentuk.
|
TERDENGAR SUARA BERSAHUT-SAHUTAN MEMANGGIL IIM DAN PIAN, MUNCUL HAR DAN APAN KE PANGGUNG. IIM MENCARI TEMPAT UNTUK BERSEMBUNYI.
Iim
|
:
|
Haaaarr!! Apaaan!!!
|
Har
|
:
|
Iim, kau disini? Kenapa ngumpet?
|
Apan
|
:
|
Iya! Kami juga dari tadi mencarimu! Ehm oiya, mana
pian?
|
Iim
|
:
|
Aku tidak tahu! Dari tadi aku disini sendirian!
|
Har
|
:
|
(memandangi
wayang yang dibawa iim) apa yang kamu bawa itu, Iim?
|
Iim
|
:
|
Oh ini? (menunjukkan
wayang) Ini adalah wayang! Namanya semar. haseming samar-samar! Orangnya
tua tapi tanpa semar,
arjuna bima yudistira nggak bisa
ngapa-ngapain!
|
Har
|
:
|
Kau suka dengan wayang im?
|
Iim
|
:
|
Ya aku mengagumi wayang. Inilah kesenian luhur
milik kita! seluruh segi kehidupan ada dalam wayang!
|
Apan
|
:
|
Tidak salah, im? Apa kau tidak takut nanti
dikatakan tidak gaul oleh teman-teman yang lain? Dicap kuno karena tidak
mengikuti modernisasi? Bukankah sekarang kita sudah memasuki era globalisasi?
|
Iim
|
:
|
maksudmu
kalau sudah globalisasi, kita lupa dengan budaya sendiri? Halah gombalisasi!
Modernisasi bukan berarti kita harus lupa tradisi! kita sebagai generasi muda
seharusnya mau dan mampu melestarikan kebudayaan local milik negeri sendiri! Siapa lagi kalau bukan kita yang
nguri-uri tradisi? kalau sudah diambil bangsa lain, nanti bisanya cuma marah!
Protes sana
protes sini! Amuk sana
amuk sini! Kalau sudah begitu, apa kata dunia ini? (terdengar suara langkah sepatu dari luar panggung)
|
Iim
|
:
|
Ssstt Dengar!!! sepertinya ada orang datang
kemari! coba dengar!
|
Apan
|
:
|
Iya,
seperti ada suara langkah sepatu!
|
Har
|
:
|
Kedengarannya
sedang menuju kemari!
|
Iim
|
:
|
Coba kita
lihat siapa yang datang!
|
Pian
|
:
|
(kelihatan mengantuk, menguap berat, lantas
ia tidur)
|
H, A, I
|
:
|
Pian!
|
Apan
|
:
|
(penasaran lansung menghampiri pian) kamu kenapa pian? Matamu terlihat
mbendul, Kelihatannya kamu mengantuk?
|
Pian
|
:
|
iya aku
masih ngantuk karena tadi malam aku habis nonton piala dunia.
|
Har
|
:
|
jadi itu
yang membuat matamu mbendul?
|
Pian
|
:
|
Bukan
|
H, A, I
|
:
|
Bukan?
Lalu?
|
Pian
|
:
|
ini karena
aku habis menangis
|
Apan
|
:
|
Pasti
karena jagoanmu kalah ya?
|
Pian
|
:
|
bukan
|
H, A, I
|
:
|
bukan?
Lalu?
|
Pian
|
:
|
aku sedih
karena tidak bisa melihat timnas PSSI berlaga di piala dunia.
|
H, A, I
|
:
|
(tertawa) oh, itu yang membuatmu menangis?
|
Har
|
:
|
sudahlah
jangan terlalu disedihkan! yakin saja suatu saat nanti PSSI pasti bisa masuk
piala
dunia!
|
Pian
|
:
|
iya, tapi
kapan?
|
Har
|
:
|
ah, kalau
itu aku tidak tahu. Paling tidak kita sudah punya mimpi, barangkali mimpi itu
kelak akan jadi kenyataan. Ingat sesuatu yang besar itu berawal dari mimpi!
Manusia bisa berhasil sampai ke bulan, itu pun juga berawal dari mimpi!
|
Pian
Apan
Iim
Pian
Iim
Kru Musik
|
:
:
:
:
:
:
|
Tapi kapan
impian itu jadi kenyataan?
itulah
pemasalahannya, kami tidak tahu!
Ya kita
harus sabar menunggu sampai impian itu akan jadi kenyataan!
Iyaaaaa!
Tapi sampai kapan kita harus bersabar?
Mungkin
sampai nanti saat kita sudah tidak sanggup lagi bersabar!
(serempak menyanyi drngan irama lagu
sayonara)
Sampai kapan sampai kapan kita harus bersabar
Mungkin nanti hihihi mungkin lusa hahaha
Sampai saat tak sanggup bersabar
|
Pian
|
:
|
Setoooopp!!
Kalian ini bagaimana? Melihat temannya sedih kok malah tertawa? sudah-sudah! Jangan banyak bergurau! Lagipula
kitakan sudah kelas tiga, jadi kita harus lebih giat, serius dan fokus pada
pelajaran! Agar nanti kita bias lulus dengan nilai yang memuaskan! (suasana hening sejenak) oiya, kawan!
ngomong-omong setelah lulus sekolah nanti, kemana kalian akan melanjutkan
sekolah?
|
Apan
|
:
|
Kalau aku
sih ingin kuliah mengambil jurusan ilmu politik! Aku ingin jadi anggota DPR! Nanti
kalau sudah jadi anggota DPR, aku tidak akan mau jika diajak ke luar negeri
untuk studi banding! apa kita tidak bisa belajar pada negeri sendiri saja? Saya
justru takut jika suatu saat nanti para anggota dewan nekad pergi ke jepang
untuk belajar hara-kiri seperti yang dilakukan para samurai! Akh. … (sambil memperagakan gerakan bunuh diri)
|
Iim
|
:
|
aku juga
akan meneruskan keperguruan tinggi mengambil jurusan seni budaya! Karena aku
punya cita-cita menjadi seniman. Nanti kalau aku sudah jadi seniman, aku
ingin memasyarakatkan wayang dan mewayangkan masyarakat! Hebat kan?
|
Pian
Apan
Pian
H, A, I
Pian
|
:
:
:
:
:
|
kalau aku
ingin sekolah yang tinggi setinggi-tingginya, dan nanti aku akan kuliah di
UMTTM!
UMTTM?
Universitas
Murah-Tapi Tidak Murahan!
(terkagum) wah…..!!!
Disana aku
akan mengambil jurusan olah raga, agar kelak cita-citaku jadi menteri
olahraga tercapai, aku ingin prestasi olahraga di negeri ini tidak kalah
dengan bangsa lain! Selain itu aku ingin semua rakyat Indonesia
sehat lahir dan batin karena olahraga! “mensana el corporisano” dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang kuat! lalu bagaimana dengan kamu, Har? Apa
rencana dan cita-citamu?
|
Har
|
:
|
(bingung sedih) aku tak tahu, aku tak punya rencana dan cita-cita
karena aku tahu tidak akan terwujud
|
Iim
|
:
|
kenapa kau
berkata seperti itu?
|
Har
|
:
|
iya,
lihatlah aku! aku hanya anak buruh tani miskin, bapakku tak akan mungkin
punya uang untuk menyekolahkanku. untuk makan saja susah apalagi sekolah!
Sudah sampai SMA saja sudah untung! Apa kalian bisa bantu aku? (terdiam semua saling pandang) tidak bisa kan? (menghela
napas) Ah, Kalian lebih beruntung dari aku! masih punya orang tua yang
sanggup membiayai kalian sekolah!
|
Pian
|
:
|
Kaukan
bisa kuliah sambil kerja, Har?
|
Har
|
:
|
Iya, tapi
kalau gajinya aku buat untuk membiayai kuliah, bagaimana aku harus hidup di kota? biaya kuliah
sekarang semakin mahal, biaya hidup di kota
juga mahal kawan! Mana cukup gajiku untuk membiayai keduanya?
|
Apan
|
:
|
Kau harus
tetap sekolah, har! Karena pendidikan adalah hak setiap warga Negara! Bukankah
undang-undang dasar sudah menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak
mendapatkan pendidikan dan tanggung jawab penyelenggaraannya ada dipundak
pemerintah?
|
Iim
|
:
|
Iya betul!
kata pak guru juga sekarang anggaran pendidikan sudah naik menjadi 20 % dari
APBN? Pasti kau akan dapat keringanan har!
|
Har
|
:
|
Iya semua itu
benar! Tapi apa benar orang miskin seperti aku ini yang diuntungkan?
|
Iim
|
:
|
Apa maksudmu, har?
|
Har
|
:
|
Aku
pernah mendengar berita bahwa yang sudah banyak terjadi sekarang ini adalah
ketika sebuah universitas mendapat dana lebih dari anggaran pendidikan, dana
itu lantas dibuat untuk menambah
atau memperbaiki infrastruktur kampus, diantaranya lapangan parker, Siapa
pengguna lapangan parker? tentu yang punya mobil khan? satu lagi, dengan dana itu pula, akan dibuat
menambah fasilitas internet gratis bagi pengguna Wi-Fi! Siapa pengguna Wi-Fi?
tentu yang punya Laptop khan? Sedangkan sisa dana untuk orang miskin seperti
aku ini, ah…. Tentu sedikit sekali! tidak sebanding dengan jumlah orang
miskin yang ingin sekolah diluar sana!
|
Iim
|
:
|
Tapi,
tentu kau tahu Mas ahmad kan?
kakak kelas kita itu bisa juga kuliah diperguruan tinggi dengan beasiswa
kurang mampu!
|
Har
|
:
|
Ya
mas ahmad hanya contoh segelintir orang yang beruntung! Tapi kalian juga
harus lihat orang yang tidak beruntung seperti mas ainun, mas najib, mbak
dewi yang gagal kuliah karena kalah bersaing untuk mendapatkan jatah beasiswa
di perguruan tinggi! sekarang, bagaimana cara mengetahui penerima beasiswa
itu miskin atau pura-pura miskin? Kenyataannya beasiswa yang diberikan
justru pada mahasiswa yang sebenarnya keluarganya terbilang mampu. Atau
setidaknya tidak benar-benar miskin. Padahal orang yang benar-benar miskin
dan ingin kuliah banyak sekali. (tersenyum sinis) ironis!
|
Apan
Pian
Har
|
:
:
:
|
Kenapa kau
jadi sentimentil seperti itu? Segala sesuatu pasti ada kurang lebihnya,
apapun itu termasuk sebuah kebijakan! Kau jangan hanya melihatnya dari sudut
kurangnya saja!
Iya! kau juga
jadi kelihatan lemah, har! Kau bukan har yang selama ini aku kenal! Mana har,
temanku yang selalu optimis itu? kamu juga pernah bilang pada kami, jika kita masih
punya cita-cita berarti masih ada harapan untuk mewujudkannya jadi kenyataan?
Iya kan?
Tapi kita
juga perlu realistis terhadap keadaan kita! Kalian lihat sendiri kan keadaanku seperti
apa? Benar kata orang, “orang miskin dilarang sekolah! Orang miskin dilarang
pintar! Bahkan ketika mengemispun, orang miskin dilarang!”
|
Apan
|
:
|
Tapi, kita
tidak boleh gampang menyerah dan menyalahkan keadaan!
|
Iim
Pian
|
:
:
|
betul! Kita mesti tetap berjuang dan tetap tegar!
Jangan menyerah, har!
Ayo
bangkitlah! Jangan menyerah sebelum berperang! bersemangatlah!
(A, I dan P terus berusaha membangkitkan
semangat Har dengan teror motivasi)
|
Har
Apan
Har
|
:
:
:
|
(terduduk penuh putus asa) Ahhh!!! Aku tak tahu harus berbuat apa!
Jangan
putus asa, har! Kau harus yakin! Masih ada harapan!
Masih ada
harapan?
|
Pian
|
:
|
iya,
harapan tak akan pernah mati! Jadi jangan bersedih!
|
Har
|
:
|
jangan
bersedih?
|
Apan
|
:
|
Ketidak-beruntungan
tidak harus disedihkan!
|
Har
|
:
|
Tidak
harus disedihkan?
|
Iim
|
:
|
Kesedihan
tak perlu ditangisi!
|
Har
|
:
|
Tak perlu
ditangisi?
|
Apan
|
:
|
tersenyumlah!
|
Har
|
:
|
tersenyum?
|
Pian
|
:
|
iya,
tersenyumlah! Harapan masih ada jika kita sanggup tersenyum lahir dan batin!
|
Apan
|
:
|
iya! Pak
guru juga pernah bilang bahwa apa yang tidak pernah mati hanyalah harapan
yang ada
dan terus menyala dalam hati kita!
|
Iim
|
:
|
Iya, jadi
tak usah bersedih! Ayo tersenyumlah! Tersenyumlah yang lebar! Tatap masa
depan dengan harapan kita! Jangan takut bermimpi, kawan! Teruslah bermimpi!
Jangan takut! Terus nyalakan api harapan dalam hati kita! Selama masih ada
harapan berarti masih ada kesempatan untuk mewujudkannya jadi kenyataan! Hari
esok akan panjang! Jadi,Yakinlah kelak harapan dan impian kita pasti akan
jadi kenyataan!
|
MEMATUNG
PADA POSISINYA MASING-MASING, LAMPU PERLAHAN GELAP
MUSIK VOKAL DARI KRU MUSIK
Suara
|
:
|
(desela-sela
music vokal) Sudah tidak berdaya. Hanya tinggallah
berdendang. Mendendangkan lagu dandang gula palaran hasil karya nenek moyang
dahulu kala, duh… betapa beratnya hidup ini seperti orang dimadu saja. yah
inilah Azabnya jaman Kala
Bendu, makin menjadi-jadi nafsu angkara murka. Tidak mungkin dikalahkan oleh budi yang
baik. Bila
belum sampai saatnya akibatnya bahkan makin luar biasa.
|
TEMBANG
GAMBUH*)
Rong
asta wus katekuk
kari ura-ura kang pakantuk
dandanggula lagu palaran sayekti
ngleluri para leluhur
abot ing sih swami karo
kari ura-ura kang pakantuk
dandanggula lagu palaran sayekti
ngleluri para leluhur
abot ing sih swami karo
Sidining
Kala Bendu
Saya
ndadra hardaning tyas limut
Nora kena
sinirep limpating budi
Lamun
durung mangsanipun
Malah
sumuke angradon
*) syair
gambuh karya ranggawarsita
SEBUAH RUANGAN. APAN, IIM, DAN PIAN MASUK
TERHUYUNG-HUYUNG SEPERTI MENANGGUNG BEBAN KESEDIHAN. SEJENAK KEMUDIAN HAR
MUNCUL MEMANDANGI TEMAN-TEMANNYA KEHERANAN
Har
|
:
|
(memandangi satu persatu) Apan, iim pian? Kalian kenapa? Apa yang
terjadi? (ke apan) apan? Kau
kenapa? Kelihatannya kau sangat capek?
|
Apan
|
:
|
Iya! Aku
capek! Baru saja aku selesai membersihkan gedung dewan! di sana banyak sekali
sampah-sampah yang harus aku bersihkan!
|
Har
|
:
|
(ke pian)kau juga kenapa pian? Kelihatannya kau
mengantuk?
|
Pian
|
:
|
Iya aku
mengantuk karena tadi malam habis nonton piala dunia! Aku juga sedih karena
lagi lagi tidak bisa melihat timnas PSSI berlaga di piala dunia!
|
Har
|
:
|
(ke iim) lalu kau kenapa, im? Kamu Nampak sedih? Oh iya, mana wayang yang dulu
selalu kamu bawa-bawa itu?
|
Iim
|
:
|
Ah, sudah
tidak ada lagi! Kemarin malam ketika aku lelap tertidur, ada maling yang
masuk rumahku, bukan televisi atau radio yang dicolong malah seperangkat
wayang yang diambilnya!
|
Har
|
:
|
Sudahlah!!
suka duka kita tidaklah istimewa karena semua orang merasakannya! sudahlah
kawan jangan terlalu disedihkan! Ini bukan waktu yang tepat untuk bersedih!
Bergembiralah kawan! Bukankah, setelah sekian lama kita berpisah, baru
sekarang kan
kita bertemu lagi? Aku kangen dengan kalian, kawan! Apa kalian juga merasakan
kangen yang sama?
|
A, I, P
|
:
|
Iya, kami
juga kangen!
|
Har
|
:
|
Syukurlah
kalau begitu! Aku senang mendengarnya! (hening
sejenak) kalian masih ingatkan, dulu di tempat yang sama disini kita
berbicara tentang cita-cita masing-masing? Lantas, Sudah jadi apa kalian sekarang? Apa
cita-cita kalian sudah terwujud?
|
Apan
|
:
|
hampir
tapi sekarang tidak lagi! Sebenarnnya aku pernah maju sebagai caleg muda pada
pemilu tahun lalu tapi tidak terpilih karena kalah bersaing dengan partai
besar! Sawah, kebo dan rumah warisan bapakku terpaksa aku jual untuk menutupi
utang sana-sini! Kalian tahu sendiri kan? Jadi caleg itu biayanya mahal! Ah… Sekarang
aku bekerja sebagai petugas kebersihan di gedung dewan! lihatlah seragamku!! (menunjukkan tulisan yang tetulis di
seragam) Nampak jelas bukan?
|
Iim
|
:
|
Kalau aku
sebenarnya sudah pernah jadi sinden! Tapi terpaksa berhenti karena sudah
tidak ada lagi yang mau nanggap! Orang-orang lebih suka nonton cinta fitri
season 6 daripada nonton wayang! Orang-orang lebih suka mendengarkan music
rock daripada harus mendengarkan sinden seperti saya ini nembang! Ah… (lemas)
|
Pian
|
:
|
kalau aku
sekarang hanya jadi penjual atribut olahraga kecil-kecilan, dulu setelah
lulus kuliah, aku pernah mendaftar menjadi pegawai dilingkungan keolahragaan
tapi tidak diterima karena tidak bisa memberi
ini (menunjukkan isyarat uang) ah… ! lalu bagaimana dengan kamu, Har?
|
Har
|
:
|
(penuh senyum kebanggaan) aku tidak tahu sebenarnya apa nama
pekerjaanku! kadang aku jadi pedagang seperti kamu pian! aku sering membantu emak
jualan palawija di pasar, Tapi tidak pernah ngakali timbangan untuk ngapusi
pembeli! Aku pernah jadi petugas kebersihan seperti kamu apan! Aku suka
membersihkan tempat sekitarku agar bersih dari sampah-sampah yang berserakan!
Aku juga bisa dikatakan seniman seperti kamu iim! Setiap sehabis maghrib
ketika keluargaku sedang berkumpul aku sering nembang untuk menghibur bapak
dan emak yang seharian kerja! aku juga
sering mendongeng untuk adik-adikku ketika menjelang tidur! Aku juga adalah
guru yang setiap sore mulang anak-anak kecil di kampungku belajar ngaji!
Selain ngaji kitab, ngaji kehidupan juga!
|
Apan
|
:
|
Kamu
tampak bahagia ya har?
|
Har
|
:
|
Iya aku
bahagia sekali! bagiku kebahagiaan bukan hanya diukur dari apa yang kita
dapat dari sebuah pekerjaan, tapi kebahagiaan datang ketika kita mencintai
pekerjaan itu! Dan pak uriplah yang mengajariku seperti ini!
|
A, I, P
|
:
|
Pak urip?
siapa dia?
|
Har
|
:
|
Iya!
Dialah guruku, sarjana tanpa kertas ijazah yang sudah mengajariku banyak hal.
Olehnya aku pun di ajar merasakan pahit getirnya hidup bak jamu butrowali dan
akupun minum setiap kali. Dia mengajariku bekerja keras, dia mengajariku
melihat peluang, dia juga mengajariku
untuk selalu tegar dan tidak putus asa menghadapi kerasnya hidup. Dia menyuruhku
untuk belajar pada ketidak-beruntunganku, juga belajar pada kemiskinanku! dan
kalau mau, sekarang kalian juga bisa belajar padanya!
|
Iim
|
:
|
(mengeluh) ah, tapi kami sudah gagal!
|
Har
Apan
Iim
Pian
Har
Semua
|
:
:
:
:
:
:
|
(melihat teman-temannya yang kehilangan
semangat) kalian tidak
gagal, kawan! Kalian hanya sedikit tidak beruntung saja! Tapi kalian jangan
kehilangan semangat, mesti tetap tegar dan tetap berusaha! Ingat! Aku dulu
pernah merasa tidak beruntung, tapi ada kalian yang sudah menyalakan kembali
api semangatku yang mulai padam, kalian dulu pernah berkata padaku jangan
menyerah! Ketidak-beruntungan tidak harus disedihkan, kesedihan tak perlu
ditangisi! Selama harapan masih terus menyala dalam hati kita, segalanya
masih mungkin terjadi! Yakinlah! Selama masih ada harapan berarti masih ada
kesempatan untuk mewujudkannya jadi
kenyataan!
Tapi, apa
masih ada harapan untuk kita?
ah… aku
rasa tidak!
Iya, Sudah
terlambat!
Masih!
Masih ada! Jangan pesimistis seperti itu! Ini bukan akhir kawan! Harapan itu
masih ada! Harapan masih ada jika kita sanggup tersenyum lahir dan batin! (hening, menerawang jauh lalu menunjukkan
jarinya kearah matanya memandang) lihat! Disana cahaya terang
melambai-lambaikan sinarnya kepada kita! mari kita sambut lambaian tangannya
dengan senang hati! mari kawan! mari kita serukan! (a, I, dan p menghampiri dan menunjuk kearah cahaya)
Oh Cahaya
terang! Kami akan datang!
|
HAR, APAN,
IIM DAN PIAN MELIHAT JAUH KE ARAH CAHAYA. SEPERTI INGIN MENGGAPAINYA TANGAN
MEREKA MELAMBAI LAMBAI KE ARAH CAHAYA TERANG.
Untuk adik-adikku tersayang,
Kepompong yang akan menetas jadi kupu-kupu,
terbang menari lincah
Melukis warna-warni pelangi di langit biru.
Aku
sayang padamu!
Terima kasih buat orang-orang yang sudah
jadi bulan di malam-malam kami,
semoga cahyamu tak segera padam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar