Senin, 01 Oktober 2012

Catatan Kecil Buat Mentari



Mentari, pertemuan kita, tidak ada perhitungan. tanpa alasan atas nama cinta & benar-benar membebaskan, tanpa diminta, tanpa disuruh, tanpa perhitungan.

Sesosok bayangan menggiringku kembali ke waktu ketika pertemuanku dengan mentari sebulan lalu, ketika aku masih lelap, nyenyak dalam tidur panjangku malam itu, ia menerobos kaca jendela kamarku, sontak membuatku tersentak, mentari yang datang begitu saja, disini. tanpa disangka, tanpa alasan tiba-tiba hadir, apa tujuannya ia datang & kenapa tak aku tolak saja kehadirannya? bagaimana mungkin aku menerima kehadiran apapun itu tanpa tujuan yang jelas? Kenapa kehadirannya seakan memaksaku untuk bilang “hadirlah, nyalalah disini!” tetapi aku mensyukuri Tuhan telah mempertemukan kita, aku dan kamu, mentari! meski aku tak cukup paham apa tujuan-Nya, atau mungkin itulah cara Tuhan sayang padaku yang mengirimkan cahaya setelah berbulan-bulan disini segalanya menjadi gelap.
Tanpa disadari sudah berhari-hari aku mencoba mencari jawaban, sudah berpuluh senja aku berpeluh mencoba memecahkan teka-teki yang disodorkan-Nya padaku hingga beratus tanya dengan ritus-ritus yang kuciptakan sendiri untuk menguak misteri ajaib yang terjadi.
Kamu menjawab renunganku senja itu “biarkan ini menjadi pertanyaan dan waktu akan menjawab”
“Mentari, jika kita dipertemukan untuk berpisah, apakah aku akan takut apakah kau juga begitu?”   
Aku melihat guratan misteri pada garis-garis senyum yang kamu sunggingkan, dan seperti biasa aku tak cukup pandai menebak sebuah teka-teki, tak cukup pintar menguak misteri
“ah, kenapa kamu hanya tersenyum, mentari? apa kamu tidak mengerti bahwa aku yang terlalu bodoh untuk memahami maksudmu atau kamu mengerti tapi sengaja kamu biarkan aku terjebak dalam ketidakmengertian, mentari! Kamu adalah misteri ajaib yang sulit kutemukan jawabannya”
Kembali hanya kudapatkan senyummu lagi.

mega
me.ga [n] awan (di langit): angin bertiup, -- berarak
sukma
suk.ma [n] jiwa; nyawa
mentari
men.ta.ri [kl n] matahari

Aku melihat mega-mega yang berarak di langit senja itu, aku melihat juga kamu muncul dari baliknya, kamu datangiku dan sepontan aku menyambutmu dengan uluran tangan, kau jawab uluran tanganku dengan genggaman yang begitu erat. Aku jadi kaku. Sesosok bayangan itu kembali hadir mempengaruhiku untuk segera mengucap janji: mentari, aku tak akan melepaskan tanganmu sebelum kamu melepaskan tanganku dari genggaman kita!

Ah, misteri apa ini? siapa sesosok bayangan itu? dan siapa sebenarnya kamu, mentari? dari mana asalmu?" kutatap wajahmu lalu kulangi pertanyaanku “Sebenarnya siapa kamu? Dari mana asalmu?”
Tak ada jawaban yang keluar dari mulutmu, Kamu hanya menunjuk ke langit, menyuruhku melihat mega-mega  yang berarak.
“Kamu kah mentari yang datang dari balik mega-mega? Atau kamu sendirilah mega-mega itu? atau mega-mega dan mentari adalah satu kesatuan? Dan sukmalah menjadi menjadi jembatan keduanya yang menjadikan keduanya hidup? Jika benar begitu, aku tak perlu takut kehilanganmu, mentari!”
Kamu ajak aku mengembara ke hutan, lalu menyelam ke lautan, lalu kamu menyuruhku mengikuti irama langkahmu menuju padang ilalang, kamu dorong aku untuk mendaki gunung, berteriak dipinggir jurang, merenung dalam goa, dan mengakhiri petualangan kita di pantai memandang senja.
Sejenak kemudian kamu melepaskan genggaman tanganku, kembali kebalik mega-mega, kamu menyuruhku untuk menirukan nyanyianmu

Mentari menyala disini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruhnya
nyala di sini
Di sini di urat
darahku

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri di sekitarku
Tak satupun yang sanggup menghalangiku
Menyala di dalam hatiku

Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di dalam hatiku… *)

Terakhir aku dengar kau berucap "menantilah diakhir waktu aku akan menemuimu, memegang tanganmu dengan erat, rasakan aku selalu ada di hatimu!" 
Dengan nyanyian itu aku mengiringi kamu kembali kebalik mega-mega senja itu. hingga tak terlihat lagi dan mega-mega yang berarak menjelma menjadi langit gelap.
“Mentari, aku tak takut kehilanganmu, karena dengan cara itu aku bisa mencintaimu dengan bahagia! jika kelak kamu tidak lagi muncul dari balik mega-mega dan hadir menyambut uluran tanganku, aku tak perlu risau karena sukmamu nyata menggenggam tanganku erat sekali dan nyala disini: dihatiku menjadi abadi”

*) lagu Mentari karya Iwan Abdurrahman

Selasa, 22 Mei 2012

itu!

ku kira sama kau kira
ah, bukan hitam yang hitam
jelas bukan putih
itu abu-abu!
hati-hati terjebak nanti
hitam bisa putih
putih jadi hitam
itu abu-abu!
kita harus terus berjalan
kita mesti memilih
melawan atau tertawan
karena kita tak bisa menerka jalan

Senin, 30 April 2012

aku tak mau membagi senja denganmu

sepotong senja kau rebut dariku
lalu kau bawa lari

hei!
bukankah kita sudah sepakat
nanti malam kita potong rembulan
setengah buatku
setengah buatmu

sayangku
kenapa tak kau kembalikan saja senjaku?

Jumat, 16 Maret 2012

Pementasan Drama

"Sir-Siran" Teater Kelas SMAN 1 Pagak di Festival Teater Pelajar BBS Sasindo UM tahun 2005

 

Sabtu, 11 Februari 2012

P I L

DI DEPAN KELAS  GURU MENERANGKAN PELAJARAN.

Guru
Anak-anak! hari ini kita akan membahas materi yang berhubungan dengan pe-nya-kit dan cara penyembuhannya, baiklah! sebelum saya terangkan bagaimana cara penyembuhan penyakit, lebih dulu bapak jelaskan apa itu penyakit! Penyakit adalah bla… bla… bla…  mengerti?

MUSIK, GURU MENERANGKAN. KEMUDIAN SISWA MENDADAK SAKIT PERUT.

Guru
Ada apa dengan kalian?
Siswa1, 2, dan 3
Kami sakit perut pak! Aduh…
Guru
Sebentar! (berpikir & memeriksa siswa) kalau dilihat dari gejalanya, rupanya kalian sudah terserang virus DPTKK-DPTKT-DPKK-DPKS?
Siswa
DPTKK-DPNKT-DPKK-DPKS?
Guru
dari perut turun ke kaki, dari perut naik ke tangan dari perut ke kepala, dari perut ke semuanya virus yang menyerang perut karena ada gangguan pada organ tubuh lainnya atau sebaliknya virus yang menyerang organ lain karena ada gangguan pada organ perut…
Siswa
Aduh, sakit sekali pak!
Guru
(melihat siswa kesakitan kemudian mondar-mandir kebingungan) biar bagaimanapun di dalam sekolah, murid adalah tanggung jawab seorang guru, jika murid sakit maka guru harus berusaha menyembuhkan paling tidak melakukan pertolongan pertama, yah… saya akan menolong kalian!
Siswa
Menolong? tapi… dengan cara apa?
Guru
Sebentar!  (menggeledah isi tas menemukan pil lalu menunjukkannya) ini dia… P-I-L… PIL! (meracik obat) meskipun pil ini membawa efect buruk jika terlalu sering dikosumsi, tapi jangan takut! efect buruk itu bisa diminimalisir, Asal tepat takaran dan sasaran! Bukan hanya obat, apapun itu pasti ada efect sampingnya, baik atau buruk! Bukankah baik itu diciptakan Tuhan satu paket dengan buruk? lagipula Ini hanya pengobatan sementara… yang ada pil ini, ya pil ini saja yang digunakan saja dulu!
Siswa
Tapi pak…. (terpotong)
Guru
sssstttt, jangan protes, talk less do more! Diam, terima dan laksanakan saja! berikan kepercayaan pada saya untuk menyembuhkan penyakit kalian! Lagipula kalian mau sembuh tidak?
Siswa
(serempak) mauuuuuuu…..

GURU MEMBAGIKAN PIL ITU. KEMUDIAN SISWA TERTIDUR PULAS.

Guru
Lho kok malah tidur? Ada apa ini? (membangunkan) hei, ayo bangun! Semuanya banguuun!!! (menggebrak-gebrak meja kemudian diam sejenak) atau mungkin kasiat dari PIL itu mulai bekerja? Ya mungkin tidur itu hanyalah efect samping dari obat, dan ketika bengun nanti, mereka akan sehat kembali! (kegirangan) yah, kalau begitu berarti aku berhasil menyembuhkan mereka! Cara ini ternyata membawa efek manjur bagi para siswa! Cara ini telah berhasil mengobati mereka!!! (tertawa) dengan P-I-L penyakit kita ungkit, virus kita gerus! (menari kegirangan)

SISWA-SISWA PERLAHAN BANGUN KEMBALI, GURU KAGET, TAPI IA SENANG, IA MENGIRA PARA SISWA SUDAH SEMBUH DARI PENYAKITNYA.

Guru
(menghampiri siswa) Bagaimana kalian sudah sembuh kan? apa yang kalian rasakan sekarang? Sudah lebih enakan? Selain mendidik, guru bisa menjadi seorang yang bisa menyembuhkan.

SISWA-SISWA MENDADAK MERASAKAN SAKIT, BAHKAN BUKAN HANYA SAKIT PERUT, SELURUH TUBUH MEREKA SAKIT

Guru
Ada apa dengan kalian semuanya?
Siswa
Kami tidak tahu pak, seluruh tubuh kami sakit,pak!
Siswa
Kepalaku sakit pak, kakiku juga sakit
Siswa
Tanganku sakit pak, dadaku juga
Siswa
Jantungku sakit pak, kemaluanku sakit!

SISWA-SISWA MENGERANG KESAKITAN, SEMAKIN PARAH. GURU PANIK

Guru
(kebingungan) bagaimana ini? Aku tidak mengira hasilnya akan jadi begini, ini di luar dugaanku!
Siswa
hampir semua organ kami sakit, pak!
Guru
(tergagap-gagap) ti… tidak aku tidak bisa menyembuhkan kalian, saya gagal menjadi seseorang yang bisa menyembuhkan penyakit kalian… sekarang aku tak tahu lagi apa yg mesti dilakukan, setelah semua terlanjur dan sakit kalian makin parah! (drop) saya gagal menjadi penyembuh penyakit kalian! saya gagal… (hening)
Siswa
(menahan sakit) bapak boleh merasa gagal menjadi seorang penyembuh, tapi kami percaya bapak tidak gagal menjadi seorang pendidik. Pak, tetaplah menjadi seorang guru bagi kami dan mendidik kami agar menjadi seseorang yang bisa menyembuhkan!

***Belum Selesai***
Terimakasih
Jum’at wage, 2 desember 2011
Buat adik-adikku di  teater Biru Putih SMPN 1 DONOMULYO
Wahyu Subekti

Sabtu, 04 Februari 2012

DOWNLOAD NASKAH TEATER

Naskah drama (lakon) pada umumnya disebut scenario, berupa susunan (komposisi) dari adegan adegan dalam penuangan sebagai karya tulis, biasanya memiliki keterbatasan sesuai dengan fitrahnya.Naskah drama adalah suatu cerita drama dalam bentuk dialog atau dalam bentuk Tanya jawab antar pelaku. Sedangkan penyajiannya  melalui dialog dan gerak para pelaku dari sebuah panggung kepada penoton. berikut ini adalah contoh-contoh naskah teater, silakan klik judulnya!

Kamis, 02 Februari 2012

Bambang Ekalaya

Bambang Ekalaya (Palgunadi)
Ekalaya adalah seorang pangeran dari kaum Nisada. Kaum ini adalah kaum yang paling rendah yaitu kaum pemburu, namun memiliki kemampuan yang setara dengan Arjuna dalam ilmu memanah. Bertekad ingin menjadi pemanah terbaik di dunia, lalu ia pergi ke Hastina ingin berguru kepada Durna. Tetapi ditolaknya.

Bambang ekalaya dan penolakan Durna
Durna sudah berjanji dalam dirinya untuk menjadikan arjuna sebagai Pemanah yang pernah ada dan tidak mengangkat murid selain kurawa & pandawa. karena itulah durna menolak bambang ekalaya menjadi murid, Bukan karena ketidakmampuannya dalam memanah, namun karena Durna tahu kalau ekalaya lebih berbakat dan lebih hebat daripada Arjuna. Bambang ekalaya kecewa berat tapi tidak melunturkan keinginannya berguru pada durna, ekalaya pun kembali ke hutan & bertekad untuk menjadi pemanah yang jago. Dia membuat patung durna. Setiap hari, sebelum latihan memanah, dia selalu berdoa dan memuja patung Durna mohon restu untuk latihannya hari itu. Hasilnya meski tidak berguru langsung pada Durna, kemampuan memanahnya seimbang dengan murid Durna di sokalma yakni arjuna.
Suatu hari di dalam hutan, terdengarlah suara anjing menggonggong, tanpa melihat Ekalaya melepaskan anak panah yang tepat mengenai mulut anjing tersebut. Saat anjing tersebut ditemukan oleh para Pandawa, mereka bertanya-tanya siapa orang yang mampu melakukan ini semua selain Arjuna. Kemudian mereka melihat Ekalaya, yang memperkenalkan dirinya sebagai murid dari Guru Durna. Arjuna dan Durna kaget, arjuna tidak ingin keahliannya memanah tersaingi oleh bambang ekalaya, ia menyuruh durna pergi menemui ekalaya untuk mematikan kesaktian bambang ekalaya. Atas pemintaan arjuna, Durna pun mendatangi Ekalaya dan meminta ekalaya memotong jempolnya alasannya sebagai tanda balas jasa seorang murid pada guru. karena baktinya pada guru, tanpa ragu ekalaya menuruti keinginan Durna ia lantas memotong jempol, meskipun dia tahu akan akibat dari pengorbanannya tersebut, ia akan kehilangan kemampuan dalam ilmu memanah. Ekalaya menghormati sang guru dan menunjukkan baktinya. Namun tidak setimpal dengan apa yang didapatkannya yang akhirnya kehilangan kemampuan yang dipelajari dari Sang Guru. Durna lebih mementingkan dirinya dan rasa ego untuk menjadikan Arjuna sebagai prajurit utama dan tetap yang terbaik.

demikian

Kewajiban kita adalah menuntut ilmu.bukan menerima ilmu. Dalam kisah ini Arjuna (Palguna) hanya menerima ilmu dari Begawan Durna, sedang Bambang Ekalaya benar-benar menuntut ilmu. Mereka yang menuntut ilmu tentu akan jauh lebih “ampuh” daripada mereka yang hanya menerima ilmu. sekarang pilihan ada di tangan kita, apakah kita memilih menjadi seorang “Bambang Ekalaya” yang teguh dalam belajar dan menjalani hidup ataukah hanya menjadi seorang “arjuna”?


KISAH LAIN DARI PALGUNA (ARJUNA) & PALGUNADI  (BAMBANG EKALAYA)
Arjuna dan penolakan dewi anggraeni (istri bambang ekalaya) 
 
diatas langit masih ada langit, seganteng-gantengnya arjuna hingga ia dijuluki lelananging jagad, ia pernah ditolak cintanya oleh dewi anggraeni, istri bambang ekalaya, dewi anggraeni tdk mungkin akan menodai perkawinannya dg Ekalaya, ia lebih baik mati daripada mengingkari kesetiaannya. lalu ditolaklah cintanya arjuna.karena merasa kemampuannya memanah tersaingi oleh bambang ekalaya apalagi cintanya ditolak dewi anggraeni (istri bambang ekalaya), arjuna marah, ia menarik busurnya dan diarahkan ke dada bambang ekalaya...
 

kicau-racauku

Surat Buat Penghuni Rumah
Beberapa saudara-saudara  saya yang sama-sama jauh dari rumah bertanya pada saya tentang keadaan rumah , kira-kira sebulan, dua bulan yang lalu, ah, tidak, setahun atau ah, saya tidak tahu persis kapan, saya lupa. Saya pelupa! Terhadap janji-janji yang dibuat sendiripun, Saya gampang lupa kok!
Bagaimana mau tahu, pulang saja tidak pernah. Saya tidak tahu apa motivasi mereka bertanya keadaan rumah pada saya, bukankah saya juga sama jauh dari rumah seperti mereka? Mungkin mereka terlalu kangen dan tidak tahu mau bertanya pada siapa lagi, memang diantara saudara-saudara yang lain, sayalah yang paling baru di perantauan, tapi bukankah itu lima tahun yang lalu saya berangkat dari rumah? Saya tidak tahu seperti apa keadaan rumah sekarang ini. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan beberapa saudaraku tadi, saya tidak bisa menipu mereka dengan jawaban-jawaban abal-abal yang seakan-akan melegakan mereka. Saya tidak bisa menjawab “buruk” jika yang terjadi ternyata “baik”, saya tidak bisa menerangkan “A” jika yang terjadi sejatinya “B”. Saya tidak mau mereka mabuk kerena saya suguhi minuman “arak” kebohongan. Ya sebuah kebohongan yang dilakukan akan tetap menjadi sebuah kebohongan apapun namanya meski atas nama dan demi kebaikan atau kebahagiaan atau pemakluman-pemakluman yang lain.
Sayapun mencari cara agar saya bisa mengupdate informasi tentang rumah. Mau pulang ah, jauh jaraknya, saya tak punya cukup ongkos. Telepon? Telepon ke siapa? Di desa saya tak ada jaringan telkom, apalagi lewat SMS, BBM, twitter, Facebook juga E-mail. Lalu apa ya? Oh ya, masih ada satu lagi cara yang menurutku efektif dan murah. Hitung-hitung memanfaatkan jasa pak pos yang sudah terlindas buldozer bernama modernisasi yang serba singkat dan instan, keinstanan modernisasi juga telah mempengaruhi pola pikir dan hidup kita, segala hal. kenikmatan proses sudah tak laku lagi dipasaran kehidupan, konsumen lebih suka yang instan. Sudah jarang lagi kita melakukan proses memasak, meracik bumbu-bumbu, dan menunggu hasil. ”kalau bisa, sekarang saya ingin sekarang juga saya dapat!” (waduh, saya kok jadi ngelantur ngalor-ngidul ini ya? Hehe…)
Ya saya memilih berkirim surat. Saya pun bergegas mengambil kertas dan pulpen lantas menulisnya.
Ehm, begini! Dengarkan!

Kepada
Bapak , mas, juga adik-adikku tersayang
Di rumah
Langit senjakala di atas atap begitu gelap penuh gemuruh tapi tak juga kami lihat tanda tetes hujan yang turun, tak pernah kami rasakan udara sedingin ini dan angin datang berondong-bondong dengan cepat meninju-tinju kulit kami yang tipis. Tapi keadaan yang seperti itu tak sedikitpun menipiskan niat kami untuk menulis surat ini.

Pak, mas dan adik-adikku!
Kami ingin mengabarkan bahwa disini kami baik-baik saja, tak kurang suatu apapun, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami sudah punya kehidupan masing-masing. meski hidup tak mudah tapi kami berusaha untuk tidak gampang mengeluh, kami menikmatinya seperti kami menikmati peran yang sering kami mainkan dulu bersama. Kami tak pernah protes! Kenapa mereka begitu sedang aku begini? Kenapa mereka dapat anu sedang aku mendapat ini? Ya, Kami tidak pernah protes, kami ingat pak'e pernah berkata, "setiap manusia punya peran masing-masing yang mesti dimainkan dengan baik dalam panggung hidup yang lebih luas".

Oh ya, bagaimana kabar pak’e? apa masih bersahaja seperti dulu? apa kumisnya masih tebal? apa vespanya masih sering mogok Hehehe… , bagimana dengan mas? masih galau dengan masalah percintaan? hehe... Lantas adik-adik? Ah, pasti sekarang mereka sudah besar dan hebat-hebat. Lalu kabar rumah? Masih seperti dulukah atau hhmm….. sudah ada yang berubah? Bangunananya Makin kuatkan? Tamannya makin asri kan? Bunga yang kami tanam dipekarangan sekarang apa masih ada? Yah… sudahlah kami terima jika memang sudah banyak yang berubah. Bukankah semuanya pasti akan terus begerak-berputar . dengan begitu berarti tanda-tanda kehidupan tetap tejaga. seperti bumi yang bergerak-berputar mengelilingi matahari? ya, seperti waktu yang terus-menerus berputar, dari senin ke senin . ya, senin yang sama tapi tentu berbeda. Ya, begitu juga harapan kami pada rumah Yang tetap bisa memberi rasa nyaman-krasan, kehangatan dan keteduhan seperti dulu tetapi makin kuat konstruksi bangunannya, makin asri tamannya, makin kompak penghuninya dalam kerjasama, makin jempolan kualitas manusia yang tinggal disana. Ah….

Pak, mas dan adik-adikku tersayang!
Maaf jika kali ini kami tidak bisa pulang kerumah, bukannya kami lupa sejarah atau sok sibuk bukan juga bermaksud menyalahkan keadaan yang menahan kami untuk pulang. Sebenarnya kami ingin sekali pulang, kerna sudah lama tidak berknjung ke rumah. Jujur saja kami sudah merasa kangen bahkan kangen itu sudah jadi semacam penyakit yang lama kelamaan makin tambah akut jika tidak segera disembuhkan.

Ah, aku jadi makin kangen rumah! Kangen juga dengan pak’e, mas juga adik-adik. Kangen dengan suasana rumah, ketika suka sama dirasa dan duka sama direnungi, persoalan-persoalan pun kami garap bersama-sama. Bahkan tidak jarang kami gelut hanya karena soal kecil. Ah, aku ingin kembali ke masa itu. Tapi jarum jam tidak akan bergerak terbalik bukan? Duh….

Pak, mas dan adik-adikku tersayang!
Sekarang setelah benar-benar merasakan kehidupan kami jadi tahu
jika hidup tak seperti bayangan masa kecil dulu. Segalanya bisa digapai, begitu mudah bahkan! Ketika bermain rumah-rumahan serasa kami punya rumah sendiri yang besar dan keluarga bahagia, Bermain mobil-mobilan serasa kami punya mobil walaupun sederhana tapi bisa membawa kami dan keluarga kemana-mana. Bemain perang-perangan serasa menjadi prajurit gagah bertempur membela negara. Yah! Begitu Bebas bercita-cita, memilih hidupnya sendiri.

Sekarang setelah benar-benar merasakan kehidupan kami jadi tahu
Seperti teater yang suka sering kami mainkan dulu, ada tragedi, komedi, tragedi komedi atau komedi yang tragedi. Kadang juga kami rasakan tragedi yang paling tragis menjadi lebih komedi dan membuat kami tertawa terkekeh-kekeh setelah sempat merenunginnya. Begitulah hidup setelah kami merasakannya. Seperti sponsor nano nano “manis asam asin rame rasanya” hehehe…

Tapi kami tidak kaget, ketika dulu masih menjadi bagian dari rumah, kami sudah banyak belajar tentang hidup dan kehidupan. Kami belajar hidup di dunia besar melalui dunia kecil itu. Kami bersyukur pernah menjadi bagian dari rumah dan bisa belajar banyak disana.
Ah, kami terlalu banyak bicara ya? Maaf!

Terima kasih atas semua yang sudah diberi pada kami. Kami tak tahu dengan apa dan bagaimana mesti membalasnya.

Semoga kelak kami bisa kembali pulang. Meski sekedar mencari bekas-bekas sejarah yang pernah kami ukir di sana.

Adik-adikku, kaulah itu kepompong yang akan menetas jadi kupu-kupu, terbang menari melukis warna pelangi di langit biru. kalianlah harapan juga kebanggan kami! Jaga rumah dengan baik ya! Jangan nakal!

Sudah ya! kami akhiri saja keluh kesah ini, kalau dituruti terus tentu tidak akan ada habisnya seperti kangen kami padamu.

Salam kangen dari kami
anak-anak bapak yang mengembara di belantara raya kehidupan.


Ya, Cuma itu  beberapa kalimat yang berhasil mewakili apa yang saya pikirkan,saya rasakan. sayapun berhasil menulisnya –dengan susah payah- kerna saya tidak punya kepandaian menulis sebenarnya.
Pagi-pagi benar saya pergi ke kantor pos. saya urus proses pengirimannya, lantas setelah semuanya beres, sayapun pulang dengan H2C (harap-harap cemas) semoga sampai tujuan, Belum lama dikirim tapi tak sabar saya segera menerima balasan surat. “bapak, mas, adik-adikku atau siapa saja penghuni rumah, aku menunggu jawaban surat darimu! Lantas akan kuberi tahu saudara-saudaraku di perantauan.”
Kalau Bapak, mas, adik-adik atau siapa saja penghuni rumah merasakan adanya sebuah tuntutan dalam isi surat ini, saya minta maaf! Saya hanya berusaha menuliskan harapan dan kangen saya lewat surat ini, bukan melakukan penuntutan jadi tak perlu ada pembelaan. Saya juga tidak sedang menghakimi lho! Toh Saya juga bukan hakim, jaksa, bukan penasihat hukum. Saya adalah tertuduh yang duduk didepen meja Hakim Yang Maha Adil sewaktu-waktu bisa menjatuhkan hukuman jika saya terbukti bersalah.
Saya juga tertuduh yang duduk didepan Hakim Yang Maha Benar, saya akui bahwa saya sudah berprasangka mengada-ada terhadap sesuatu yang saya tidak ketahui kulit-dagingnya, lantas menyebarkannya ke orang banyak. saya sudah melakukan macam-macam cara untuk mendapatkan sesuatu yang saya minati, Saya juga sudah memakai kata “kami” padahal “saya” yang berkepentingan.
Saya siap menerima vonis.
Saya juga tidak bisa memaksa agar semuanya sama seperti dulu. Hidup tidak bisa stagnan, mesti terus berputar dengan begitu tanda-tanda kehidupan tetap terjaga. 
maaf!