Senin, 01 Oktober 2012

Catatan Kecil Buat Mentari



Mentari, pertemuan kita, tidak ada perhitungan. tanpa alasan atas nama cinta & benar-benar membebaskan, tanpa diminta, tanpa disuruh, tanpa perhitungan.

Sesosok bayangan menggiringku kembali ke waktu ketika pertemuanku dengan mentari sebulan lalu, ketika aku masih lelap, nyenyak dalam tidur panjangku malam itu, ia menerobos kaca jendela kamarku, sontak membuatku tersentak, mentari yang datang begitu saja, disini. tanpa disangka, tanpa alasan tiba-tiba hadir, apa tujuannya ia datang & kenapa tak aku tolak saja kehadirannya? bagaimana mungkin aku menerima kehadiran apapun itu tanpa tujuan yang jelas? Kenapa kehadirannya seakan memaksaku untuk bilang “hadirlah, nyalalah disini!” tetapi aku mensyukuri Tuhan telah mempertemukan kita, aku dan kamu, mentari! meski aku tak cukup paham apa tujuan-Nya, atau mungkin itulah cara Tuhan sayang padaku yang mengirimkan cahaya setelah berbulan-bulan disini segalanya menjadi gelap.
Tanpa disadari sudah berhari-hari aku mencoba mencari jawaban, sudah berpuluh senja aku berpeluh mencoba memecahkan teka-teki yang disodorkan-Nya padaku hingga beratus tanya dengan ritus-ritus yang kuciptakan sendiri untuk menguak misteri ajaib yang terjadi.
Kamu menjawab renunganku senja itu “biarkan ini menjadi pertanyaan dan waktu akan menjawab”
“Mentari, jika kita dipertemukan untuk berpisah, apakah aku akan takut apakah kau juga begitu?”   
Aku melihat guratan misteri pada garis-garis senyum yang kamu sunggingkan, dan seperti biasa aku tak cukup pandai menebak sebuah teka-teki, tak cukup pintar menguak misteri
“ah, kenapa kamu hanya tersenyum, mentari? apa kamu tidak mengerti bahwa aku yang terlalu bodoh untuk memahami maksudmu atau kamu mengerti tapi sengaja kamu biarkan aku terjebak dalam ketidakmengertian, mentari! Kamu adalah misteri ajaib yang sulit kutemukan jawabannya”
Kembali hanya kudapatkan senyummu lagi.

mega
me.ga [n] awan (di langit): angin bertiup, -- berarak
sukma
suk.ma [n] jiwa; nyawa
mentari
men.ta.ri [kl n] matahari

Aku melihat mega-mega yang berarak di langit senja itu, aku melihat juga kamu muncul dari baliknya, kamu datangiku dan sepontan aku menyambutmu dengan uluran tangan, kau jawab uluran tanganku dengan genggaman yang begitu erat. Aku jadi kaku. Sesosok bayangan itu kembali hadir mempengaruhiku untuk segera mengucap janji: mentari, aku tak akan melepaskan tanganmu sebelum kamu melepaskan tanganku dari genggaman kita!

Ah, misteri apa ini? siapa sesosok bayangan itu? dan siapa sebenarnya kamu, mentari? dari mana asalmu?" kutatap wajahmu lalu kulangi pertanyaanku “Sebenarnya siapa kamu? Dari mana asalmu?”
Tak ada jawaban yang keluar dari mulutmu, Kamu hanya menunjuk ke langit, menyuruhku melihat mega-mega  yang berarak.
“Kamu kah mentari yang datang dari balik mega-mega? Atau kamu sendirilah mega-mega itu? atau mega-mega dan mentari adalah satu kesatuan? Dan sukmalah menjadi menjadi jembatan keduanya yang menjadikan keduanya hidup? Jika benar begitu, aku tak perlu takut kehilanganmu, mentari!”
Kamu ajak aku mengembara ke hutan, lalu menyelam ke lautan, lalu kamu menyuruhku mengikuti irama langkahmu menuju padang ilalang, kamu dorong aku untuk mendaki gunung, berteriak dipinggir jurang, merenung dalam goa, dan mengakhiri petualangan kita di pantai memandang senja.
Sejenak kemudian kamu melepaskan genggaman tanganku, kembali kebalik mega-mega, kamu menyuruhku untuk menirukan nyanyianmu

Mentari menyala disini
Di sini di dalam hatiku
Gemuruhnya
nyala di sini
Di sini di urat
darahku

Meskipun tembok yang tinggi mengurungku
Berlapis pagar duri di sekitarku
Tak satupun yang sanggup menghalangiku
Menyala di dalam hatiku

Hari ini hari milikku
Juga esok masih terbentang
Dan mentari kan tetap menyala
Di sini di dalam hatiku… *)

Terakhir aku dengar kau berucap "menantilah diakhir waktu aku akan menemuimu, memegang tanganmu dengan erat, rasakan aku selalu ada di hatimu!" 
Dengan nyanyian itu aku mengiringi kamu kembali kebalik mega-mega senja itu. hingga tak terlihat lagi dan mega-mega yang berarak menjelma menjadi langit gelap.
“Mentari, aku tak takut kehilanganmu, karena dengan cara itu aku bisa mencintaimu dengan bahagia! jika kelak kamu tidak lagi muncul dari balik mega-mega dan hadir menyambut uluran tanganku, aku tak perlu risau karena sukmamu nyata menggenggam tanganku erat sekali dan nyala disini: dihatiku menjadi abadi”

*) lagu Mentari karya Iwan Abdurrahman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar