Jumat, 30 Agustus 2013

CERITA KAKEK



Adegan 1
JAYAPRANA DAN LAYONSARI MEMADU KASIH DENGAN MEMBAWA POT TANAMAN DARI TANAH LIAT. MUSIK ROMANTIS.
Jayaprana & Layonsari
:
ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, dan buahnya menjumbai dalam perbuatan”.

Adegan 2
MUSIK GEMPITA. LAMPU PANGGUNG MENYALA PERLAHAN. TAMPAK ANAK-ANAK DI PANGGUNG MEREKA TUTUP MUKA MEREKA
Anak-anak
:
Ciluk badalah! (move depan) ciluuuukk badalah!!! (move- belakang)  Buka titik jos! 
Kakek
:
Aduh dek… buka titik jos joss!!!
Anak-anak
:
Mbah critanono mbah!
Kakek
:
Heh? Opo?
Anak-anak
:
critoooo!
Kakek
:
Opo opo opo? Balenono sepisan maneh!
Anak-anak
:
criiito!
Kakek
:
opooooo?
Anak-anak
:
(dieja) ce-i-ci-crit-te-o-to-to crito!
Kakek
:
(terkekeh-kekeh) dongeng?  xixixixi…. Wani piro?
Satu
:
Piye?
Anak-anak
:
(saling pandang sebentar) Hora wani!
Kakek
:
(terkekeh-kekeh) Yo wis!
Anak-anak
:
Oalah …
Kakek
:
(terkekeh kekeh) yowis… tak ceritani!
Anak-anak
:
Bener mbah?
Kakek
:
Ho’oh! (terkekeh-kekeh)
Anak-anak
:
Aseeeekkk…
Kakek
:
(terkekeh-kekeh) ning ana syarate, nduk! Le!
Anak-anak
:
Opo mbah?
Kakek
:
Kamu, kamu Dan kamu harus pijit pijit pijit pijit… pijit mbah! Bagaimana?
Satu
:
Piye cah?
Anak-anak
:
Setuju!!!
Kakek
:
(gaya genit) aseeeekkk!! Dijipijiiiiittt… dipijit asyiiiikkk asolololeeeeyyy!!!
Anak-anak
:
Asololeeeeeyyy!!! (move-disekitar kakek-musik)
Pemusik
:
(menyanyi) iwak peyek, iwak peyek sego sajen, uwis tuwek uwis tuwek isih ganjen…
Kakek
:
Sssttt…  ojo rame! Simak baik-baik! Pada suatu hari
Anak-anak
:
Pada suatu hari…
Kakek
:
(menceritakan adegan dengan isyarat & mengikuti irama musik)
Anak-anak
:
(musik berhenti)Teruuuuusss???
Kalianget (OST)
:
Jika layonsari tidak bisa menjadi milikku, maka aku akan jadi gila! (masuk-musik gempita)

Adegan 3
MUSIK. RAJA KALIANGET TERPIKAT KECANTIKAN LAYONSARI KETIKA LAYONSARI BERSAMA JAYAPRANA. JAYAPRANA DAN LAYONSARI FREEZE
Kalianget
:
(blocking) Layonsari!!! (Berpuisi) Cinta adalah takdir tapi menikah adalah nasib! Aku tahu takdirmu adalah mencintai jayaprana, tapi nasib bisa dirubah, aku akan memisahkan kau dengan jayaprana lalu aku akan menikahimu. Entah bagaimana caranya… layonsari jadilah permaisuriku! Layonsari….
Pemusik
:
Oooohhh layonsariiiiiii…..
Kalianget
:
Sssttt… cah cilik ra sah melu-melu! Kalian hanya perlu menjalankan tugas kalian sebagai pemusik! Kalian juga harus peka kapan waktunya musik bunyi kapan waktunya musik diam! Mengerti!
Pemusik
:
Ngertiiiiiiiiii…………
Kalianget
:
Yo! Saiki wayahe musik mencekam! Ayo podo diunekne!
Pemusik
:
(musik mencekam, suasana berubah mencekam)
Kalianget
:
Sampaikan pada jayaprana, Besok pagi-pagi ia harus berangkat ke Celuk Terima untuk menyelidiki perahu yang kandas dan kekacauan-kekacauan yang terjadi di sana! (mengambil pot tanaman di depan layonsari lalu memecahnya, musik berubah gempita mengiringi kalianget keluar panggung, jayaprana dan layonsari mencair)
Jayaprana
:
(musik berubah sedih, move) ijinkan aku pergi, nimas!
Layonsari
:
(memunguti pecahan pot, sedih) tidak mas! sebaiknya urungkan saja niat itu!
Jayaprana
:
Tidak. Ini perintah raja!
Layonsari
:
Tapi, mas…
Jayaprana
:
Aku tetap akan berangkat!
Layonsari
:
Jangan mas! (hening sejenak biarkan suasana sedih) aku khawatir jika…. Jika….
Jayaprana
:
(memotong) Jika apa?
Layonsari
:
(sedih) aku khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada diri mas!
Jayaprana
:
Kamu tidak usah cemas, kematian ada di tangan Tuhan!
Layonsari
:
Tapi, itu bahaya mas!
Jayaprana
:
Aku tahu itu bahaya! Tapi aku laki-laki! pantang surut hanya karena suatu bahaya! Tugas yang diberikan pantang aku tolak! Aku tetap akan berangkat!
Layonsari
:
(menangis) tidak mas, tidak…
Jayaprana
:
Toh jika kita benar-benar dipisahkan, percayalah itu hanya raga kita… cinta kita menyatu meski berbeda dimensi ruang dan waktu
Layonsari
:
Tidak mas, tidak… (memeluk jayaprana-musik sedih) jangan tinggalkan aku mas!
Jayaprana
:
Doakan aku, nimas!
Layonsari
:
(menangis)
Jayaprana
:
(melepas pelukan layonsari, pergi-anak-anak membuat blocking meneyerupai jembatan yang akan dilewati jayaprana)
Adegan 4
KAKEK DAN ANAK-ANAK, KAKEK MELANJUTKAN CERITANYA. MUSIK TETAP MENCEKAM
Anak-anak
:
terus?
Kakek
:
Saat mereka melewati sebuah hutan lebat
Anak-anak
:
(ketakutan) terus?
Kakek
:
(menakut nakuti anak anak) terus….
Anak-anak
:
(ketakutan) Terus mbah?
Kakek
:
Teruuuuuussss….
Anak-anak
:
Apa mbah?
Kakek
:
(menarik salah satu anak, memeragakan adegan) Patih Saunggaling menikam Jayaprana atas perintah Raja Kalianget. Jus jus juuuusss!!
Anak-anak
:
Teruuuusss???

Adegan 5
KALIANGET MENGHAMPIRI LAYONSARI YANG SUDAH ADA DIPANGGUNG, SENDIRI.
Kalianget
:
Layonsari! (berpantun-bisa diimprove) manuk kenari buntute biru. Nimas layosari, aku padamu  (menggoda) layosariiiiiiiiii….. duh duuuuhh… cantiknya!
Layonsari
:
(diam-acuh)
Kalianget
:
Jangan acuhkan aku seperti itu, layonsari! (menggoda) layonsari jadilah permaisuriku! Layonsari….
Layonsari
:
Maaf! Saya belum bisa melupakan suami saya
Kalianget
:
Alaaah…. Suamimu sudah mati! Lagipula apa yang kurang dari diriku coba? Aku seorang raja, aku punya segalanya dan kau akan jadi permaisuri…  kau bisa memiliki apa yang aku punya! ayo layonsari!
Layonsari
:
(risih) Tidak!
Kalianget
:
(memaksa) kau sendiri aku sendiri. menikahlah denganku layonsari…
Layonsari
:
Tidak
Kalianget
:
Jadilah permaisuriku layonsari… ayolah!
Layonsari
:
Tidak!
Kalianget
:
(geram) tidak-tidak-tidak! Apa mulutmu tidak bisa berkata iya? baiklah layonsari, kalau kau tidak bisa kuminta secara halus, aku akan menggunakan cara yang lebih kasar! (menyeret layonsari, musik mencekam, kakek Dan anak-anak masuk panggung)
Satu
:
Mbah Gawat mbah!
Anak-anak
:
Iya mbah! Gawat!
Satu
:
Adegan ini harus dihentikan mbah! Sebelum mereka melakukan adegan yang tidak patut ditonton!
Anak-anak
:
Bener mbah! ayo hentikan!!
Kakek
:
Sik tho! Woles woles…
Anak-anak
:
Halah kesuwen!!! (anak-anak menggendong kakek berlari kesana kemari selagi adegan seret menyeret kalianget dan layonsari berlangsung)
Layonsari
:
(mengambil pecahan pot tanah liat yang berserakan di lantai, menodongkan pecahan pot kepada kalianget, kalianget takut) Lebih baik saya mati daripada harus menikah dengan orang yang telah membunuh suamiku(menikam dirinya sendiri tapi dihentikan oleh suara kakek)
Kakek
:
Setooooopppp!!! Hooop hop hop!!! (layonsari menghentikan adegan) Jangan lakukan adegan itu! dosa! Tidak patut! disini banyak anak kecil! Nanti Mereka bisa meniru perbuatanmu!
Layonsari
:
Ora iso! Kudu total, mbah! Cerita harus tuntas! Tidak bisa dipotong sak enake udele! Cerita harus diakhiri walaupun itu terlihat sadis! Pesan mesti disampaikan meski terkesan tragis! Rungokno kabeh! Deloken kabeh! Kuping lan matane dibukak ombo-ombo! Cangkeme podo mingkem! Iki lho rungokno! Deloken! Lebih baik saya mati daripada harus menikah dengan orang yang telah membunuh suamiku  (musik mencekam makin keras, ia menancapkan keris ke perutnya, kakek, anak-anak juga kalianget histeris & menutup matanya ketika melihat adegan tersebut)

MUSIK SEPERTI AWAL PERTUNJUKAN, LAMPU PADAM. SELESAI.
Adaptasi cerita rakyat “jayaprana dan Layonsari”
Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar